Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Merinding! Surat Terbuka Untuk Nicholas, Nathania, dan Daud Purnama

"Saya menulis surat terbuka ini untuk kalian, khususnya untuk anak-anak Pak Ahok yang saya hormati."

Penulis: Fransiska_Noel | Editor: Fransiska_Noel
Putra-putri Ahok: Nicholas Sean, Nathania, dan Daud. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) resmi membatalkan permohonan banding atas vonis dua tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim PN Jakarta Utara.

Ahok juga resmi mengajukan pengunduran diri sebagai gubernur, dan memilih menerima dengan ikhlas hukuman penjara dua tahun.

Sang istri Veronika Tan sambil berurai air mata membacakan surat yang ditulis Ahok untuk para pendukungnya.

Air mata kesedihan Veronika menjadi viral di dunia maya.

Para pendukung tak henti-hentinya memberikan dukungan dan penguatan untuk Veronika dan tiga putra-putrinya, Nicholas, Nathania, dan Daud.

Secara mengejutkan, beredar sebuah postingan di media sosial Facebook dari seorang yang mengaku pernah mengalami pergumulan seperti yang dialami ketiga anak Ahok, ketika sang ayah ditangkap dan harus menjalani hukuman penjara.

Secara khusus, ia menuliskan surat terbuka untuk menguatkan Nicholas, Nathania, dan Daud, tiga anak Ahok.

Surat terbuka tersebut diposting langsung penulis di akun Facebooknya Binsar Jonathan Pakpahan :

Dear putra putri pak Basuki Tjahja Purnama dan ibu Veronica: Nicholas Purnama, Daud Albeenner Purnama, dan Nathania Purnama,

Saya menulis surat terbuka ini untuk kalian, khususnya untuk anak-anak Pak Ahok yang saya hormati.

Menonton berita mengenai papa kalian, membuat saya mengingat kembali apa yang terjadi dengan ayah saya kurang lebih 23 tahun yang lalu, Biarlah saya share sedikit mengenai apa yang terjadi pada Agustus 1994. Pada waktu itu saya yang kelas 2 SMP dan adik saya yang kelas 1 SMP dijemput oleh Mas Yono, orang kepercayaan ayah saya, dari sekolah. Dengan wajah serius, kami diantar oleh Mas Yono ke rumah; dia tidak menjelaskan apa-apa. Wajahnya sudah membuat saya khawatir.

Ketika tiba di gang menuju rumah, saya melihat banyak polisi dalam pakaian dinas dan preman. Saya tahu mereka polisi yang berpakaian preman, karena saya sudah dilatih untuk mengenali mereka, mengingat situasi keluarga saya waktu itu. Oh iya, ayah saya adalah Muchtar Pakpahan, pejuang buruh masa Orde Baru yang mendirikan serikat buruh independen pertama di Indonesia yang menjadi role model saya. Ketika itu, sebuah demonstrasi buruh pertama baru terjadi di Medan. Hal itu mengejutkan Indonesia dan dunia, karena tidak ada yang berani mengganggu kekuatan Presiden Soeharto, sampai demonstrasi tersebut. Ayah saya adalah pemimpin dari organisasi tersebut.

Ketika saya masuk ke rumah, saya melihat adik perempuan saya juga sudah di rumah. Setibanya di sana, mamak dan ayah saya segera menarik kami ke kamar mereka, di rumah kecil kami yang sudah dikerumuni oleh banyak orang, ada yang saya kenal, banyak yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Ketika kami masuk ke kamar, saya mengingat persis ucapan ayah saya yang akan saya sampaikan kepada kalian, Nicholas, Daud, dan Nathania. Sambil memegang tangan saya dan adik-adik saya, ayah saya mengatakan ini,

"Ayah mau ditangkap dan ditahan. Ayah kalian bukan penjahat, bukan koruptor, dan bukan pencuri. Ayah ditangkap karena membela nasib rakyat kecil. Jangan pernah malu karena ayah."

Kata-kata itu disampaikan ayah kepada kami, dan mamak juga terlihat kuat dan tegar mendampinginya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved