Single Focus Reporting
(CONTENT) Usai Jualan Tahu Melki Ngantor di Dewan
Senyum Michael Pieter Lala yang akrab disapa Melki mengembang ketika menyambut seorang oma di lapak tahu tempe miliknya di Pasar Beriman Tomohon.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Alexander Pattyranie
"Kalau libur mereka (anak‑anak) ikut jualan, mereka suka sendiri bukan saya paksa. Saya ajarkan ke anak‑anak, bahwa cari hidup itu tidak gampang," sebutnya.
Rutinitas jualan dimulai sejak dini hari. Ia harus bangun pagi mempersiapkan segala sesuatu. Tahu dan tempe dibawa dengan mobil, seperti kebiasannya dari dulu, Michael mengaku ke pasar naik ojek
"Dari dulu memang cuma naik ojek," kata Michael.
Naik ojek juga memang sudah semacam nasar yang disampaikan ke konstituennya ketika mencalonkan diri.
"Waktu itu memang ada yang tanya kalau sudah jadi Anggota Dewan masih mau naik ojek? Saya tegaskan tetap naik ojek," ujar pria asli Tomohon ini.
Biasanya pasar ramai antara jam 9 dan 10 pagi. Jika sudah melewati waktu itu, Michael harus menyudahi berdagang tahu tempe.
Ia harus meninggalkan lapak dagangan karena harus pergi ke Kantor Dewan
"Sesuai Tata Tertib Dewan, masuk jam 9 pagi. Maka harus menyudahi berjualan. Nanti dilanjutkan istri dan orang kerja," kata pria yang besar di Paslaten ini.
Aktivitas jualannya memang menyesuaikan dengan Agenda Dewan. Jualan demi periuk nasi sekaligus hobi, sementara tugas sebagai Anggota Dewan adalah tanggung jawab kepercayaan yang diberikan Sang Khalik dan konstituen.
Agar berimbang maka harus tahu mengatur waktu. Usai jualan harus cepat pulang bersiap diri ke kantor untuk bertugas sebagai Anggota Dewan.
Namun kalau ada agenda pagi hari, atau tugas ke luar daerah, terpaksa harus meninggalkan aktivitas jualan tahu tempe
"Kalau sedang tidak ada aktivitas Dewan, saya suka jualan. Kalau ada aktivitas menyesuaikan, tapi tidak mengesampingkan tanggung jawab sebagai wakil rakyat," kata dia.
Di DPRD memang cukup sibuk, tahun ini banyak Perda yang harus diselesaikan, belum lagi jadwal rapat pembahasan, dan sidang paripurna.
Ia mengakui, gaji menjadi anggota dewan memang lumayan. Tiap bulan ditambah tunjangan bisa mencapai Rp 15 juta. Namun tak penuh diterima karena harus juga memasukkan iuran ke partai.
Namun menurutnya, menjadi Anggota Dewan bukan untuk mencari gaji atau agar naik status sosial.