Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Eksklusif

(CONTENT) Hasil Dibagi Dua dengan Pemanjat, Nasib Petani Kelapa Kian Terpuruk

Sulitnya memperoleh pekerja yang memanjat dan mengolah kelapa menjadi kopra, dan anjloknya harga kopra di pasaran semakin menyulitkan petani kelapa.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Alexander Pattyranie

TRIBUNMANADO.CO.ID - Nasib petani pemilik kebun kelapa semakin terpuruk.

Sulitnya memperoleh pekerja yang memanjat dan mengolah kelapa menjadi kopra, dan anjloknya harga kopra di pasaran semakin menyulitkan petani kelapa.

Padahal, untuk merawat komoditi ini membutuhkan anggaran yang tidak kecil.

Apalagi, untuk melakukan peremajaan kelapa tentu membutuhkan dana besar.

Decky Julianus, Petani Kelapa Desa Teep mengaku, pihaknya kesulitan dengan harga kopra di pasaran saat ini.

Harga kopra yang hanya Rp 9 ribu per kilogram, kemudian hasilnya yang sejak beberapa tahun terakhir dibagi dua dengan pemanjat kelapa, membuat petani pemilik lahan kelapa tak bisa lagi menikmati hasil 'Nyiur Melambai'.

''Untuk kebun saya bisa hasilkan 2 ton dalam 3 bulan. Jadi penghasilan kotor Rp 18 juta kemudian dibagi dua dengan pekerja Rp 9 juta. Hasil ini masih dikurangi untuk membayar biaya pengangkutan sebesar sepertiga dari hasil yakni Rp 6 juta, '' ujar Decky sambil menambahkan bahwa ini masih dipotong biaya pemeliharaan kebun kelapa.

''Kalau saya hitung-hitung sebulan saya hanya bisa menghasilkan Rp 1 juta lebih dari kebun kelapa yang ada, '' ujar Decky.

Memiriskan memang.

Padahal kelapa merupakan ikon Provinsi Sulut, tapi petani kelapa justru tak bisa sejahtera dengan komoditi andalannya ini.

"Jadi mau tidak mau petani kelapa tak bisa monokultur. Tapi harus menanam tanaman lain. Kalau hanya berharap pada pendapatan Kopra tidak akan cukup untuk membiayai makan sehari-hari. Sehingga selain kelapa, saya juga menanam Jagung dan Cabe, '' kata Decky.

Dia berpendapat idealnya harga kopra Rp 10 ribu per kilo.

"Semoga saja Dinas Pertanian peduli dengan nasib petani kelapa.

"Kami hanya berharap harga kopra di pasaran naik, sehingga kehidupan petani bisa lebih baik, '' ujarnya.

Dia mengaku untuk pemasaran dia menjual kepada pengusaha penampung, meskipun harga jika dijual di perusahaan lebih besar.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved