Menjadi Astronot dan Resiko Kehilangan Penglihatan
Tahukah kamu kalau pekerjaan menjadi seorang astronot adalah pekerjaan yang penuh dengan risiko, selain itu juga sulit baik mental dan fisik.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Traveler, apakah kamu satu orang yang bercita-cita menjadi seorang astronot?
Namun, tahukah kamu kalau pekerjaan menjadi seorang astronot adalah pekerjaan yang penuh dengan risiko, selain itu juga sulit baik mental dan fisik.
Hal utama yang paling penting adalah bagaimana tubuh manusia merespon perjalanan jangka panjang ke luar angkasa, misalnya saja menghabiskan waktu setahun di markas ISS.
Di balik perjalanan panjang yang membanggakan itu, ada sebuah fakta miris guys.
Dilansir TribunTravel.com dari Mirror, hampir dua pertiga dari astronot telah dilaporkan menjadi tunanetra setelah kembali ke Bumi.
Hal ini termasuk pandangan kabur atau kebutaan parsial.
Nah, tentu saja para peneliti segera mencari penyebabnya.
FYI, hal ini berkaitan dengan tekanan partikel cairan di otak yang deformasi atau berpindah posisi ke bola mata.
Tentu saja hal ini bisa merangsang saraf optik dan menyebabkan masalah.
"Orang-orang awalnya tidak tahu apa yang menyebabkan hal itu terjadi, dan pada tahun 2010 ada kekhawatiran, karena menjadi jelas bahwa beberapa astronot memiliki perubahan struktural yang parah yang tidak sepenuhnya tidak dapat dibatalkan setelah kembali ke Bumi," kata Noam Alperin, penulis utama dalam studi, dalam sebuah pernyataan pers.
Nasa menganggap hampir 68 ons cairan akan bergeser dari kaki astronot ke kepalanya saat waktu di ruang angkasa diperpanjang.
Hal ini akan meningkatkan tekanan pada otak dan mempengaruhi mata.
Alperin menyadari bahwa masalah lebih banyak datang dari cairan serebrospinal (CSF), yang membantu melindungi otak dari perubahan tekanan.
Melayang-layang di anti gravitasi dapat mengganggu sistem dan menyebabkan meningkatya ketegangan pada mata dan meghasilkan cairan lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Sementara ini, NASA sudah mengetahui apa penyebab fenomena ini, namun sayangnya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Satu-satunya cara yang bisa diandalkan adalah menciptakan sistem anti gravitasi yang efektif di dalam pesawat ruang angkasa.