Renungan Minggu
Renungan Minggu: Dialah Raja Damai
Seorang raja pasti memiliki sebuah tahta, kekuasaan, dihormati, ditakuti, mempunyai wilayah kekuasaan, mempunyai prajurit dan lain-lain.
Pastor Alex Tamagendar
Paroki Hati Tersuci Maria Katedral Manado
TRIBUNMANADO.CO.ID - APA yang kita pikirkan jika berbicara tentang raja atau kerajaan?
Seorang raja pasti memiliki sebuah tahta, kekuasaan, dihormati, ditakuti, mempunyai wilayah kekuasaan, mempunyai prajurit dan lain-lain.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, yang sekaligus adalah puncak dari Tahun Liturgi C (satu dari sistem tahunan Gereja Katolik di mana Kitab Suci dan tradisi direnungkan secara sistematis).
Kristus Raja Semesta Alam, tidak seperti raja-raja dunia yang memiliki tahta dan kekuasaan.
Kedudukan Yesus sebagai Raja seperti diceritakan dalam Injil Lukas memberi kesempatan kepada kita untuk menyingkirkan pandangan atau pengertian kita tentang raja-raja atau kerajaan-kerajaan yang kita miliki serta menemukan pengertian atau makna kedudukan Yesus Kristus sebagai seorang raja sejati, yang berbeda dengan raja-raja atau pemimpin-pemimpin duniawi.
Di dalam Injilnya, Santo Lukas menceritakan bahwa satu dari dua orang penjahat yang disalibkan bersama Yesus tetap keras kepala, sementara rekannya bertobat.
Si penjahat tersebut malah menghujat Yesus, "Bukankah Engkau Mesias? Selamatkanlah Diri-Mu sendiri dan kami".
Penjahat satunya, yang kemudian dalam tradisi dikenal sebagai Santo Dismas, menegur temannya dan iapun memohon kepada Yesus, "Yesus ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai raja". Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus".
Keutamaan si penjahat yang bertobat adalah percaya, menyesal, mewartakan, menyerahkan dirinya dan mengakui Yesus adalah Raja.
Santo Agustinus menulis bahwa penjahat yang bertobat tidak berani berharap mendapatkan pengampunan, kecuali ia mengakui kesalahannya.
Dengan pengakuannya itu, ia meminta Yesus untuk mengingatnya dan membawanya memasuki Kerajaan Surga karena ia percaya Yesus adalah Raja. Santo Athanasius berkata:
"Ia sebagai penjahat yang berbahagia karena mencuri 'Kerajaan Surga' dengan pengakuannya".
Penjahat yang bertobat disebut martir karena menurut tradisi, setelah ia menyebut Yesus sebagai raja, para algojo mematahkan kakinya dan menghajarnya dengan penuh kemarahan.
Ia menerima hukuman tersebut dengan penuh penyerahan.
Kisah penjahat yang bertobat memberi kita pelajaran tentang Allah yang Maharamim yang selalu menganugerahi kita lebih dari yang kita minta.
Penjahat yang bertobat hanya meminta agar Yesus mengingatnya, tetapi Yesus memberi lebih.
Ia menjanjikan bahwa penjahat yang bertobat itu akan masuk ke dalam Firdaus pada hari itu juga.
Santo Yohanes Chrisostomus berkata, sebelum si penjahat bertobat, tidak ada orang menerima anugerah Firdaus.
Melalui Nabi Yehezkiel, Allah telah menjanjikan bahwa bila seorang pendosa menyesali dosanya, Allah mengampuninya dan menghapus semua dosanya.
"Jikalah seorang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap Dia" (Yeh. 18: 21-22).
Allah selalu siap memeluk pendosa yang bertobat. Bagi penjahat yang tidak bertobat, salib mengantarnya langsung menuju neraka. Sementara bagi penjahat yang bertobat, salib menjadi tangga untuk masuk ke Firdaus.
Penginjil Lukas ingin menunjukkan pertobatan sejati dari si penjahat dan Yesus Raja Damai yang berbelas kasih yang tidak menghukum. Yesus bukan hanya memberikan pengampunan, tetapi juga memberikan tempat di sisi-Nya di surga.
Dalam Injilnya Lukas juga memperlihatkan kepada kita kehinaan dan hilangnya kekuatan Yesus dalam menghadapi kematian, padahal Dia adalah Putera Allah.
Justru yang dialami Yesus adalah penolakan, penderitaan, penghinaan dan penyaliban. Tidak tampak sedikitpun tanda-tanda-Nya sebagai Raja.
Dan mahkota yang ditempatkan di kepalanya adalah mahkota duri; yang didengar-Nya bukan pujian atau nyanyian, melainkan penghinaan dan cercaan. Jadi apakah Yesus layak disebut raja semesta alam?
Yesus tidak pernah tampil atau muncul seperti yang kita harapkan: dengan kemegahan, kebesaran, kemuliaan menurut ukuran raja-raja dunia.
Kerajaan Yesus berbeda dengan kerajaan dunia ini atau kerajaan yang dikenal oleh Pilatus. Pilatus hanya mengenal kerajaan yang rajanya berkuasa, punya kedudukan dan bertindak menurut kepentingan sendiri.
Sebaliknya Kerajaan Yesus dibangun atas kasih, pelayanan, keadilan, kebenaran, rekonsiliasi, pengampunan, dan damai.
Yesus yang tersalib mau mengajak kita untuk bermenung bahwa Dialah raja damai yang maharamim; Dialah wajah Allah yang berbelas kasih bagi dunia karena kerajaan-Nya adalah kerajaan damai dan cinta kasih.
Kristus sebagai Daud baru, akan mempersatukan seluruh umat Allah dengan salib dan kebangkitan-Nya.
Rasul Paulus dalam Bacaan II dalam suratnya kepada umat di Kolose, berkata: "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-nya yang terkasih; di dalam Kristus tulah kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Seluruh kepenuhan Allah berkenan di dalam Dia, dan oleh Dia Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan Diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Yesus".
Hari Raya Kristus Raja mengingatkan kita akan ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukan wilayah kekuasan melainkan Allah yang merajai hati manusia dengan penuh cinta kasih, damai, keadilan, kebenaran, keadilan, pengampunan dalam hati di situlah Allah merajai hati kita.
Sebagai anggota Kerajaan Allah yang masih berziarah di dunia ini, kita dipanggil untuk meneruskan Kerajaan Allah di dunia ini dengan membawa kasih, kebenaran, keadilan, solidaritas, damai, dan pengampunan. Amin.