Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tergiur Besarnya Dana Desa, Kini Banyak Sarjana Berebut Nyalon Kades

Seakan tergiur oleh besarnya anggaran pembangunan yang masuk ke desa pasca terbitnya UU tentang Desa, sejumlah Sarjana langsung turun ke desa.

Penulis: Handhika Dawangi | Editor:
TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS

Laporan Wartawan Tribun Manado Arthur Rompis

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Seakan tergiur oleh besarnya anggaran pembangunan yang masuk ke desa pasca terbitnya UU tentang Desa, sejumlah Sarjana langsung turun ke desa memperebutkan jabatan Hukum Tua atau kepala desa yang sesuai ketentuan dipilih secara langsung oleh rakyat.

Jabatan yang dulunya hanya diminati oleh kalangan tua yang memang berdomisili di desa serta berpendidikan hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat itu, kini jadi magnit yang kuat bagi para sarjana pengangguran maupun mereka yang baru saja menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi.

Satu diantara para sarjana yang sempat merasakan ketatnya persaingan dalam pemilihan hukum tua adalah Dolfi Kembuan, warga Langowan, kabupaten Minahasa. Dia mengaku ikut bersaing dalam pemilihan Kumtua di desanya beberapa waktu lalu. "Saya ikut," kata dia.

Dolfi yang merupakan lulusan sarjana ekonomi ini mengaku sempat kerja di sebuah perusahaan swasta, kemudian nganggur dan ketika mendengar ada pemilihan Kumtua, dia pun langsung ke kampung, mencoba peruntungan mendaftar jadi calon hukum tua di desannya. 

"Saya kemudian memutuskan maju, tertarik juga mendengar banyak dana desa masuk, saya tertarik membangun desa," ungkapnya.

Ketika mendaftar, Dolfi mengaku membanggakan ijazahnya yang sarjana itu, yang olehnya status sarjana ekonomi yang disandangnya dijadikan materi dalam kampanyenya. "Calon lain hanya lulusan SMA," kata dia.

Namun sayang seribu sayang, ijazah yang dibanggakannya itu tidak menjamin dan membantunya meraih kemenangan. Dia malah kalah telak dari pesaingnya yang hanya tamatan SMA sederajat. "Ternyata warga desa lebih pilih orang yang mereka kenal," katanya.

Terkait fenomena banyaknya sarjana nyalon Hukum Tua, Sangadi maupun Kapitalaung, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) provinsi Sulut, Rudi Mokoginta mengaku tak heran bila lulusan sarjana tertarik jadi hukum tua. "Mereka terpanggil membangun desanya," ungkapnya.

Mokoginta menilai majunya para sarjana dalam pemilihan Kumtua berdampak positif. Disebutnya, desa sangat butuh tenaga sarjana. "Sebelumnya lebih banyak lulusan SMP jadi Kumtua, makanya desa kekurangan SDM untuk mengelola dana desa," ujarnya.

Mokoginta memprediksi akan lebih banyak sarjana bertarung di pemilihan kepala desa (Pilkades) pada tahun depan. "Anggaran desa kan meningkat pada tahun depan, jadi bisa saja ada sarjana yang mau nyalon," kata dia.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved