Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Menyoal Surat Pastoral PGI Terkait LGBT, Dialog Kunci Melawan Diskriminasi

Dialog terbuka bisa menjadi salah satu solusi atas diskriminasi terhadap kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Fernando_Lumowa
Istimewa
Sanubari Sulut (Salut) mengagas diskusi terbatas membahas Surat Pastoral PGI terkait LGBT di Sekretariat AJI Manado, Kamis (30/6/2016). 

Soal surat pastoral PGI, ia tak kaget. Menurutnya, PGI sudah sejak lama mengusung teologi oikumenis yang menjunjung keutuhan ciptaan Tuhan, persekutuan dan perdamaian.

Paradigma ini sudah lama dibahas oleh Dewan Gereja Dunia (DGD) dalam setiap sidang raya. "Termasuk di dalamnya bagaimana menyikapi hal-hal menyangkut feminisme, gender, ideologi, budaya dan lain-lain," urainya.

Surat pastoral PGI, kata Denni, bukan mutlak sekaligus tak mengikat. Lebih bersifat mengajak gereja-gereja untuk menyikapi LGBT secara objektif melalui kajian dari berbagai aspek, teologi, antropologi sosial, budaya dan medik.

"Ini perjalanan panjang gereja dalam berteologi sekaligus refleksi terkait keberagaman umat, termasuk orientasi seksual," ujarnya.

Menurutnya, tak sedikit gereja yang terbuka terhadap isu LGBT dan menjadikannya diskursus teologi. Menjadikannya bahan kajian dan dialog. Sikap homophonia dan antipati gereja justru menjadi media persemaian subur bagi kebencian.

Ketua AJI Manado, Yoseph E. Ikanubun menegaskan, AJI sebagai organisasi profesi tegas dan jelas mengambil sikap menerima kelompok LGBT. Dasarnya, kelompok ini bagian dari masyarakat sekaligus punya hak dan martabat yang sama.

"AJI memandang, keberagaman dan perbedaan itu merupakan sebuah keniscayaan dalam masyarakat plural. AJI membela kelompok LGBT atas nama kemanusiaan," kata Ikanubun.

Coco Jerico dari Sanubari Sulut (Salut), penggagas kegiatan menyatakan, FGD tersebut akan digelar di beberapa tempat dengan menggandeng kelompok yang bersikap terbuka berdialog. Sebelum di Manado, diskusi berlangsung di Bitung. "Kami bukan minta dibela tapi kami menyuarakan suara melawan diskriminasi," kata Coco.

Selain Salut dan AJI, FGD ini melibatkan perwakilan Swara Parangpuan Sulut, Community Based Center (BSC), LKK NU, Yayasan Pelita Ilmu dan Spiritia.(*)

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved