Renungan Minggu
Renungan Minggu: Kerahiman Tuhan
Yesus diundang untuk makan di rumah orang Farisi bernama Simon.
Pastor Anton Tukiran
Dosen Sejarah Gereja STF-SP
TRIBUNMANADO.CO.ID - SAUDARA-saudari terkasih, Yesus diundang untuk makan di rumah orang Farisi bernama Simon.
Pada saat Yesus berada di rumah Simon itu, masuklah seorang wanita. Tidak disebutkan nama wanita itu, tetapi dia terkenal sebagai seorang pendosa.
Tentu saja wanita itu sadar bahwa dirinya adalah seorang berdosa. Di hadapan Yesus, dia menangis. Yesus membiarkan wanita itu membasuh kaki-Nya dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya, mencium kaki-Nya, dan mengurapinya dengan minyak wangi.
Simon heran terhadap sikap Yesus itu. Jika Yesus memang seorang nabi-demikian pikir Simon-tentu Dia tahu bahwa wanita itu adalah seorang pendosa dan tidak akan membiarkan diri-Nya diperlakukan demikian oleh seorang pendosa.
Sebab, dalam masyarakat Yahudi, seorang yang oleh masyarakat luas dikenal sebagai pendosa sudah seharusnya dijauhi dalam pengaulan umum.
Sikap Yesus terhadap perempuan tadi merupakan skandal: Yesus-apalagi kalau dia benar-benar seorang nabi-bersentuhan dengan wanita yang sudah dikenal luas sebagai seorang pendosa.
Reaksi Yesus tidak seperti yang biasanya terjadi dalam masyarakat pada masa itu. Dia tidak menjauhi wanita pendosa itu. Yesus tidak memusatkan perhatian-Nya pada dosa-dosanya.
Tentu Yesus tidak menutup mata bahwa wanita itu adalah pendosa, tetapi Ia tidak mengadili wanita itu berdasarkan masa lalunya. Yesus melihat pribadi dan martabat wanita itu. Wanita itu kini menyesali dosa-dosanya. Penyesalan itu dinyatakan dengan datang kepada Yesus, menangis di hadapan-Nya, membasahi kaki-Nya dengan air mata, dan seterusnya.
Yesus menyatakan belas kasih dan kerahiman-Nya tidak hanya dengan cara menerima wanita dan itu membiarkan tindakannya, terapi juga dengan menganugerahkan pengampunan kepadanya.
Kepada orang-orang lain, belas kasih dan kerahiman Yesus itu dinyatakan dengan membebaskan mereka dari kuasa roh-roh jahat dan menyembuhkan mereka dari berbagai penyakit.
Sikap Yesus itu sejalan dengan sikap Allah terhadap bacaan pertama. Kepada Daud, Allah telah menganugerahkan keselamatan (dari ancaman Saul), harta, tahta, dan wanita. Kalau toh Dauh masih merasa kurang, Allah akan menambahnnya lagi. Ternyata Daud masih juga berbuat dosa: merebut istri Uria dengan cara merekayasa agar Uria terbunuh dalam peperangan. Oleh karena itu Allah mengutus Natan untuk menegur Daud akan dosa yang sudah dilakukannya, Daud pun menyadari dirinya sebagai orang berdosa. Ia berkata kepada Natan, "Aku sudah berdosa kepada Tuhan!" Natan menjawabnya, "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati."
Wanita pendosa dalam bacaan Injil dan Daud dalam bacaan pertama sama-sama menyadari diri mereka sebagai orang berdosa. Di hadapan Tuhan, mereka dengan rendah hati menyatakan penyesalan yang mendalam. Dengan demikian Tuhan juga menunjukkan belas kasih dan kerahiman-Nya kepada mereka. Tuhan mengampuni mereka.
Mereka menjadi ciptaan baru. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Markus: "Bukan orang-orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Markus 2:17). Allah telah berbelas-kasih kepada Daud, hamba-Nya dengan mengampuni segala dosa dan salahnya. Yesus juga berbelas-kasih dan mengampuni wanita berdosa, tanpa nama dalam bacaan Injil.
Orang-orang yang berdosa tidak hanya dijadikan semacam obyek belas kasih, kerahiman dan pengampunan Allah. Allah melibatkan mereka dalam karya penyelamatan umat manusia.
Pertama-tama, mereka menjadi contoh: dosa yang berat pun bisa diampuni oleh Allah, dan orang tidak lagi hidup dalam dosa terus-menerus.
Dia bisa hidup baru. Kemudian, Daud dan istri Uria (Matius 1:7) menjadi salah satu mata rantai yang menurunkan Yesus Kristus; Sesudah "menerima Yesus" Paulus tidak hanya sekedar berhenti menganiaya para pengikut Yesus; tetapi dia membiarkan hidupnya dijiwai oleh Yesus.
Dia mengatakan "Aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah." Dan dia memang membaktikan seluruh hidup bagi pengembangan iman Kristen, baik dalam arti penyebaran maupun pendalaman iman Kristen.
Tanpa kenal lelah, dia mengarungi lautan dan menjelajah berbagai daerah untuk mewartakan Yesus. Dalam bacaan Injil, dikatakan bahwa para wanita, yang telah dibebaskan dari berbagai roh jahat dan berbagai penyakit, ikut ambil bagian dalam karya Yesus: dengan kekayaan mereka, para wanita melayani Yesus dan para rasul.
Kita, sebagai orang Kristen yang sekaligus juga orang berdosa, dipanggil dari dua arah. Sebagai orang berdosa, kita dipanggil untuk bertobat dan membuka diri terhadap Allah dan menerima belas kasih dan pengampunan-Nya.
Di lain pihak, kita dipanggil untuk menyatakan kebaikan dan kerahiman Allah itu bagi orang-orang lain di sekitar kita, lebih-lebih mereka yang telah menyakiti hati dan merugikan kita.
Kedua panggilan ini tidak selalu mudah untuk kita hayati dan lakukan. Tetapi dengan kuasa Allah, hal itu juga bukan hal yang mustahil.