GMIM Akan Buka Cabang di Luar Negeri. Ini Penjelasan Ketua Sinode GMIM
Ia menambahkan, untuk nama tetap menggunakan nama GMIM misalnya GMIM Jepang dan lainnya.
Penulis: Alpen_Martinus | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID,TONDANO - Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) akan mulai ada di beberapa wilayah di Indonesaia dan negara luar, setelah disepakati dalam Sidang Majelis Sinode Istimewa (SMSI) ke 78 GMIM, di Wale Ne Tou yang berakhir, Rabu (18/5).
"Sebenarnya yang dibahas yaitu perubahan mendasar termuat di Tata Dasar GMIM Bab 1 Pasal 1 ayat 1 tentang perubahan GMIM melayani baik di Tanah Minahasa maupun di luar Tanah Minahasa menunjuk ke seluruh Indonesia dan seluruh dunia, pengecualian wilayah Sulutenggo karena ada sinode am," ujar Pendeta HWB Sumakul Ketua Sinode GMIM.
Ia menambahkan, untuk nama tetap menggunakan nama GMIM misalnya GMIM Jepang dan lainnya. "Cuma pemahaman dan luasnya jangkauan pelayanan, realisasi mulai besok tapi bertahap, itu pekerjaan Tuhan prosesnya," jelas dia.
Dijelaskannya, untuk pembukaan GMIM di beberapa negara tergantung dari permintaan orang Minahasa kalau mereka minta GMIM akan dibuka, lantaran memang beberapa sebab dibahasnya perubahan tersebut lantaran permintaan beberapa warga GMIM di negara luar.
"Pendetanya nanti juga dari sini dan pendetanya juga harus tahu bahasa di negara tersebut, ini menjadi tantangan kami, yang jelas ini menjadi komitmen," ujarnya.
Isu yang beredar di masyarakat bahwa tujuan lain GMIM mengembangkan diri hingga ke beberapa daerah dan negara luar untuk memperkaya GMIM dibantah olehnya.
"Itu kan pendapat mereka, selama tidak diputuskan di sidang itu tidak benar. Jangan melihat GMIM itu materialistis, itu sudah mengkhianati gereja, jadi kalau menyebut BPMS untuk memperkaya pundi-pundi itu sebenarnya pengkhianatan, mereka penghianat itu sendiri karena mereka tidak tahu gereja itu apa, itu bahasa emosional, kalau kami pimpinan gereja hanya menggembalakan dan melayani saja," ujarnya.
Selain itu, juga di lakukan penambahan credo GMIM itu ada proses sebab ada koreksi sana sini ada yang ditambah dan dikurang tergantung dari BPMS dan tim kerja kalau sudah selesai akan dibukukan. "Tapi materinya sudah final, tapi strategi sosialisasi yang berproses," ucapnya.
Ia menambahkan yang membedakan credo GMIM dengan yang lainnya credo itu universal seperti pengakuan konstantinopel dan iman rasuli untuk gereja arus utama.
"Kalau sudah lokal disebut konvesi atau pengkuan iman tradisi gereja, seperti spesfik GMIM seperti kerjasama dalam Tuhan itu boleh diwujudkan dalam mapalus dan itu hanya ada di Minahasa," jelasnya.
Dijelaskannya bahwa konvensi tersebut ada yang panjang dan singkat. "Konvensi yang pendek akan dimasukkan dalam liturgi resmi, dan prosesnya bertahap ke kolom , jemaat, wilayah, seperti seperti NNBT akan diulang terus sampai jemaat tahu," ujar dia.
Ia berharap dengan berakhirnya ini, GMIM bisa makin kuat identitasnya dan rendah hati untuk mengatakan gereja ini bersaksi. "GMIM ini hanya melayani tidak ada maksud apa-apa, apalagi arogan mau tunjuk kekuatan, sebab kita melayani tugas luhur untuk bawa kesejahteraan bagi banyak orang dari segi spiritual iman kuat dari segi sosial ada perekat persaudaraan tapi juga tanggungjawab etis sosial, sebab di credo GMIM harus mengelola alam secara bertanggungjawab jujur dan bekerja keras pasti ada berkat," jelasnya.
Juga diharapkannya, semoga dari segi sosiologis banyak berkat dan dari segi hidup bernegara makin rukun tapi untuk keuatan bangsa. "Segi internasional ini identaitas bangsa dan suku lain bisa dikenal di dunia," jelasnya.
Penutupan SMSI dilaksanakan dengan menggelar ibadah tutup. Pada kesempatan tersebut Bupati Minahasa Jantje Sajow mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpatisipasi termasuk para undangan yang turut menyukseskan pelasanaan SMSI ke 78.