Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Spa dan Pijat Pemasok PAD Terbesar di Kota Manado

"Memang benar, usaha ini bertumbuh pesat. Tahun 2014 telah menyumbangkan Rp.7 280 563 807 miliar."

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pijat. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Usaha Spa dan pijat merupakan satu di antara usaha yang menjadi primadona pemasok Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Manado.

Hal ini menjadikan usaha ini 'dibenci tapi disayang'.

Apalagi usaha ini tumbuh bagai jamur di musim hujan. Saat ini tercatat di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ada 96 usaha rumah relaksasi (pijat) di Kota Manado. Usaha rumah pijat ini ada di hampir setiap kecamatan di ibu kota Sulut ini.

Menjadi terapis atau tukang pijat juga tak membutuhkan ijazah dan keahlian yang sulit, sehingga peminat menjadi tenaga kerja di usaha Spa dan Pijat ini sangat banyak.

Wiwin, gadis cantik asal Kota Bunga, Tomohon merupakan satu diantara yang memilih dan menikmati bekerja di tempat Spa dan Pijat ternama di pusat Kota Manado.

Gadis berparas cantik ini mengaku senang dan menikmati pekerjaannya ini.

''Mau apa lagi, saya hanya lulusan SMP dan tidak punya keahlian lebih, '' ujar Wiwin.

Baginya, menjadi tukang pijat mau tak mau menjadi pilihan mengais rupiah.

"Disini klien kita suka perempuan yang cantik. Kalau cantik paling diminati," ujar Wiwin, saat ditemui, Senin (16/5).

Dia mengaku memang memiliki keahlian memijat yang diketahuinya dari neneknya. Hanya dia juga mendapat pengetahuan pijat dari trainer khusus dari Surabaya.

"Kita dilatih, jadi tahu mijat yang bagus. Tapi sayang ada beberapa titik erotis yang terkadang membuat yang dipijat sering mengeluarkan kata nakal," ujar Wiwin sambil senyum-senyum.

Dia mengaku juga sering diberikan tip oleh konsumen yang merasa senang dengan pijatannya. Awalnya dia sering menolak dengan tip yang diberikan. Namun, kebutuhan hidup membuatnya akhirnya menerima pemberian klien.

''Ya siapa yang tidak mau uang jutaan, hanya bekerja kurang lebih sejam, '' ujarnya lagi.

Baginya, ini menjadi pilihan karena tak memiliki ijazah memadai.

''Tapi saya sudah pikir matang-matang sebelum bekerja di sini. Risikonya juga saya sudah tahu, '' ujarnya pasrah.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved