Imlek, Umat Doakan Pilwako Manado Lancar
Sejak Minggu (7/2) sore, umat Khonghucu mulai berdatangan memenuhi klenteng-klenteng di Manado.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor:
Kemudian disusul dengan pesta kembang api yang begitu meriah.
Sehari sebelum Imlek, Umat Konghucu menggelar sembahyang leluhur. Sembahyang dilakukan di tiap rumah.
Tujuan sembahyang tersebut, menurut Rohaniwan Klenteng Altar Agung, Ronny Loho, adalah memperingati laku bijak para orangtua yang sudah meninggal. "Kita mengenang perbuatan baik mereka," kata dia.
Goan, salah satu umat mengaku menggelar sembahyang leluhur di altar orangtuanya yang terdapat di bagian tengah rumahnya di Wawonasa, Manado. "Papa meninggal beberapa tahun lalu," kata dia.
Goan mengaku mendapat pencerahan dalam sembahyang leluhur. Tabir yang membungkus peristiwa kematian ayahnya yang begitu tiba-tiba, terbuka, ia memahaminya sebagai takdir.
"Awalnya begitu berat, namun semua terjadi atas perkenaan Thian," kata dia.
Usai mengadakan sembahyang, ia merasa menjadi manusia paripurna yang berbakti pada orangtua.
Setelah malam pergantian tahun, Umat Konghucu menggelar ritual makan bersama keluarga.
Keluarga Seyla, misalnya, akan berkumpul di rumah besar orangtuanya di Pecinan, Manado. "Saudara semua kumpul, ada dari Jakarta, bahkan Malaysia," ujar dia.
Dikatakan Seyla, keluarga besarnya masih mempertahankan tradisi kuno. Sebelum makan, orangtua akan memberi petuah. "Kami yang muda hanya mendengarkan," kata dia.
Seyla membeber, dalam acara tersebut disediakan menu mi, ikan serta kue keranjang.
Mi, kata dia, menyimbolkan panjang umur. Sementara ikan menyimbolkan kesehatan. "Namun saya paling suka kue keranjang, disusun dari besar ke kecil, hal itu menyimbolkan rezeki yang terua bertambah," kata dia.
Seyla mengatakan, seorang keluarganya yang sakit minta makan bubur. Namun ia dimarahi sang Engkong. "Kakek katakan tak boleh makan bubur, hanya makan mi, makan mi pun tak boleh dipotong-potong," kata dia.