Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Masyarakat Mitra Pilih Berdamai dengan Gunung Soputan

Gunung Soputan selalu saja "meneror" warga Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) dengan letusannya.

Penulis: | Editor:
ANTARA FOTO/Adwit B Pramono
Warga mengamati awan panas yang mengepul dari puncak Gunung Soputan di Desa Silian 3, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, Selasa (5/1). Erupsi Gunung Soputan diiringi kolom asap setinggi 6.500 meter serta semburan awan panas berwarna kelabu gelap dengan jarak luncur 2.500 meter yang mengarah ke arah Tenggara. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, RATAHAN - Gunung Soputan selalu saja "meneror" warga Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) dengan letusannya.

Satu - satunya cara untuk bertahan adalah dengan berdamai dengan gunung tersebut. Warga mengusahakan "perdamaian" dengan beragam cara.

Salah satunya dengan kesenian. Sejumlah lagu daerah setempat memiliki makna bangkit kembali setelah jatuh. Hal itu mengekspresikan perjuangan warga untuk bangkit dari keterpurukan setelah diterjang letusan Soputan. Lagu - lagu tersebut jadi inspirasi warga untuk bangkit dari bencana Soputan.

"Lagu lagu daerah sini isinya memberi harapan bagi warga untuk bangkit, kami sangat terinspirasi," kata Jos Pandeleke warga Desa Pangu.

Jos mengaku pernah terpuruk saat Soputan meletus tiga tahun lalu. Belasan hektar tanaman Salaknya mati tertimpa debu Soputan.

"Waktu itu usaha saya hampir bangkrut, anak saya nyaris berhenti kuliah," kata dia. Jos kemudian bangkit. Kini, ia memiliki lebih banyak tanaman Salak. "Tuhan tak pernah tinggalkan umatnya yang setia, pertolongannya selalu tepat waktu, seperti yang sering dilantunkan dalam lagu - lagu daerah sini," kata dia.

Rudi Rogahang warga Ratahan lainnya berdamai dengan cara menerima. Ia juga pernah kehilangan belasan hektar tanaman Salak akibat terjangan debu Soputan. "Saat itu saya katakan Tuhan apapun ini saya terima, Engkau yang memberi, Engkau pula yang mengambil, pasti ada rencana Tuhan yang indah," kata dia.Iman Rudi terbukti beberapa tahun kemudian. Tanaman salaknya tumbuh lebat. Debu yang menghancurkan tanaman Salaknya ternyata menyuburkan tanah, hingga tanaman salaknya tumbuh kembali dan berbuah lebat.

"Ini bleasing in disguise, kekuatan penghancur juga adalah kekuatan pembangun," kata dia. Angky Matu pemuda Desa Silian berdamai dengan Soputan dengan cara menjaga kebersihan Gunung itu. Seminggu sekali dua kali mereka membersihkan gunung tersebut. "Kan banyak sampah jadi kami bersihkan," kata dia. Mereka juga menentang keras pengambilan pasir yang sering dilakukan pihak luar untuk tujuan komersil. Ia berkeyakinan, jika Soputan bersih, petaka akan menjauh. "Kita semua jaga gunung ini," kata dia. (Art)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved