Tutup Tahun 2015, Harga BBM Turun Signifikan
"Kecenderungannya terus menurun. Turunnya lumayan tajam. Logikanya, apabila kita ikutin harga keekonomian memang mestinya turun."
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menghitung ulang harga bahan bakar minyak alias BBM.
Sebab, harga minyak mentah dunia turun signifikan hingga menyentuh level di bawah 40 dolar AS per barel. Rencananya, setelah dihitung ulang Sudirman akan memutuskan penurunan harga BBM dalam dua atau tiga hari ke depan.
"Ini sedang dibahas di internal pemerintah dan dalam waktu dekat akan bicara ke Presiden dan Wapres. Sebelum akhir tahun kami sudah mesti putuskan harga BBM, tapi hampir dipastikan memang akan turun harga," ujar Sudirman dalam konferensi pers pada Selasa (22/12) di Gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan.
Menurutnya, penurunan harga minyak mentah dunia akan berlanjut tahun depan. Penyesuaian harga premium dan solar pun sudah harus dilakukan pada Januari.
Pasalnya, perubahan harga BBM dilakukan tiga bulan sekali. Terakhir kali harga BBM disesuaikan pada Oktober lalu.
"Kecenderungannya terus menurun. Turunnya lumayan tajam. Logikanya, apabila kita ikutin harga keekonomian memang mestinya turun. Turunnya berapa lagi dihitung. Mengenai metode reviewnya sudah kita sepakati tiga bulan sekali," katanya.
Selain penyesuaian harga BBM dengan harga keekonomian, Sudirman mengemukakan, pemerintah membahas selisih harga BBM sebagai dana cadangan ketahanan energi.
"Pilihannya, dipepetkan ke harga keekonomian (BBM turun), atau kita mulai menjalankan amanah Undang-Undang Energi, kita mulai memupuk dana ketahanan energi yang dulu sering dibicarakan. Ada dana dari penggerusan energi fosil tapi belum sempat terlaksana. Ini mungkin waktu yang baik. Dana itu digunakan untuk membangun sesuatu yang sustainable," urainya.
Harga minyak dunia terus merosot hingga menembus level 36 dolar AS per barel. Bahkan, harganya anjlok hingga 68 persen dalam 1,5 tahun terakhir.
Sebelumnya, PT Pertamina menegaskan belum memiliki niat menurunkan harga bahan bakar (BBM) subsidi jenis premium, meskipun harga minyak mentah dunia saat ini sudah anjlok ke level 36 dolar AS per barel. Namun, untuk BBM non subsidi, saat ini harga jual sudah turun.
"Kami belum menurunkan harga premium karena masih disesuaikan," kata Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran PT Pertamina, Jumat (11/12) lalu.
Dalam hitungan Pertamina, sepanjang tahun ini akibat melonjaknya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, mereka mengaku sempat mengalami kerugian dari bisnis premium ini sekitar Rp 15 triliun. Nah, karena sekarang harga minyak sudah luruh, kerugian itupun susut menjadi sekitar Rp 12 triliun.
Di sisi lain, Bambang mengaku penetapan harga BBM di Indonesia beda dengan negara lain. Di Indonesia, Pertamina harus menambahkan biaya distribusi dan beban pajak pertambahan nilai (PPN). "Ya kami masih dibebankan itu. Saya minta itu dihapus saja supaya murah," katanya.
Pun demikian, Pertamina mengaku tidak akan menyerah dengan keadaan. Jika tahun ini ketergantungan terhadap impor masih tinggi sehingga menyebabkan beban meningkat pada saat kurs rupiah lemas terhadap dollar AS, tahun depan Pertamina optimistis bisa lebih efisien.
Salah satu upaya efisiensi yang mereka lakukan adalah dengan mengoperasikan kilang milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban Jawa Timur yang telah mereka akuisisi. Selain itu, Pertamina juga menyelesaikan renovasi kilang Cilacap. Walhasil Bambang optimistis impor premium bisa berkurang sekitar 10 persen.