Mendagri Pun Merasa Miris Lihat Gedung Bawaslu Sulut
Kantor Bawaslu Sulut di Winangun, Kota Manado tak layak disebut kantor. Bangunannya sempit. Kerusakan ditemui di sana-sini.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor:
Laporan wartawan Tribun Manado Arthur Rompis
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kantor Bawaslu Sulut di Winangun, Kota Manado tak layak disebut kantor. Bangunannya sempit. Kerusakan ditemui di sana-sini.
Rabu (28/10) lalu, atau sehari sebelum kedatangan Mendagri Tjahjo Kumolo, Kantor Bawaslu Sulut berbenah.
Keseluruhan dinding bagian depan yang kusam ditutupi poster ukuran besar.
Ada gambar Penjabat Gubernur Sulut Sonny Sumarsono, Mendagri Tjahjo Kumolo serta Ketua Bawaslu, Muhammad.
Pada dinding kiri terpasang poster bergambar anjuran ikut Pilkada. Di kanan, tertera poster penolakan politik uang.
Sejumlah staf Perlengkapan Pemprov Sulut yang bertanggung jawab atas pembenahan kantor tersebut mengaku poster itu sengaja dipasang untuk menyembunyikan 'luka' pada dinding.
"Dinding sangat kusam, malu dong kalau sampai dilihat Menteri," kata seorang staf
Di dalam gedung terlihat kesibukan. Sejumlah staf Bawaslu sibuk mengepel lantai. Bau harum tercium dari zat pewangi yang ikut dituang ke lantai.
Pembenahan besar-besaran dilakukan di
ruang paripurna yang bakal jadi tempat pertemuan dengan Mendagri.
Di sana, plafon yang mengelupas dirapikan, dinding yang kumal diseka, lantai di pel berulangkali, tak lupa pengharum disebar untuk mengusir bau busuk.
Meski sudah mati-matian berbenah, namun toh Mendagri mengkritik juga kantor itu. "Ruangan ini tidak representatif, bagaimana kalau ada pertemuan Panwaslu se-Sulut, pasti tidak muat," kata dia.
Menurut Kumolo, kerja Bawaslu sangat krusial dalam penyelenggaraan Pilkada, hingga mestinya ditunjang prasarana lengkap.
Dikatakan Kumolo, gedung yang tidak representatif juga berarti pemborosan, karena kegiatan berskala besar pastinya harus digelar di hotel. "Miris kalau seperti ini," kata dia.
Kumolo meminta bangunan itu segera dihibahkan Pemprov Sulut ke Bawaslu agar dana rehab kantor bisa dialokasikan. "Segera urus kantor ini," kata dia.
Jalan lain untuk memperbagus kantor Bawaslu, beber dia, adalah dengan melakukan komitmen bersama pemenang Pilkada.
"Bisa saja siapa yang memenangkan Pilkada, dia yang membangun gedung ini," kata dia.
Penjabat Gubernur Sulut Soni Sumarsono juga pernah mengeluhkan kurang representatifnya kantor Bawaslu. "Ini kantor apa kantor sih," sindir Sumarsono.
Sumarsono menjanjikan Pemprov Sulut bakal mengibahkan kantor itu ke Bawaslu. Untuk jangka pendek, pihaknya bakal membantu rehabilitasi gedung itu.
Amatan Tribun, kantor itu memang tidak layak disebut kantor. Parkirannya sempit, hingga kendaraan meluber di hotel yang berada di belakang kantor Bawaslu atau di tepi jalan Manado-Tomohon kala Bawaslu Sulut menggelar hajatan besar.
Lobby berukuran kecil. Sebuah meja berukuran besar terpasang disana hingga ruang lobby berukuran 4 kali 3 meter itu tambah sempit saja. Ruang dalam sedianya diperuntukkan untuk tamu. Namun tak ada kursi untuk tamu. Yang datang di ruangan itu terpaksa berdiri.
Mereka disuguhi dinding yang kusam serta plafon yang retak.
Berdampingan dengan ruangan itu adalah ruangan Gakumdu, tempat memproses laporan pelanggaran.
Di dalam ruangan berukuran 4 X 6 itu, perkara pelanggaran seluruh Sulut diproses. Ruangan itu berisi beberapa buah meja, kursi serta mesin fotokopi.
Bunyi suara mesin dari ruangan itu sering terdengar hingga ke ruangan samping, tempat beradanya salah satu komisioner Syamsurizal Musa.
Kantor Ketua Bawaslu Herwyn Malonda terpencil di sebuah ruangan yang bersambungan dengan ruang rapat.
Untuk tiba di sana harus melalui ruang depan. Sebelum ruang itu dijumpai ruang divisi hukum. Ruangan itu sangat sempit, hanya selebar tiga meter. Orang dan barang berjejalan di dalamnya. Terasa pengab.
Bau tak enak juga sering tercium di sana, datangnya dari lantai serta atap. Ruang rapat paripurna di sayap kanan gedung tergolong mini hingga tak bisa dimasuki banyak orang.
Pada sidang sengketa Pilkada beberapa waktu lalu, pengunjung sidang harus berdesak-desakan. Beberapa di antaranya berdiri di samping meja terlapor. Lainnya duduk di samping pelapor.
Sejumlah staf mengaku gerah berada di kantor itu. Mereka akan bersorak kegirangan sekiranya rapat diadakan di hotel. "Sulit sekali bekerja di sini," kata dia.
Ketua Bawaslu Sulut Herwyn Malonda juga mengeluhkan keadaan kantor itu. Meski demikian, pihaknya coba memaksimalkan sarana yang ada. "Kami maksimalkan saja," kata dia.
Meski didera keterbatasan fasilitas ternyata kinerja Bawaslu Sulut masuk jajaran Bawaslu terbaik se Indonesia.
"Bawaslu Sulut terbaik dalam penanganan sengketa pilkada," kata pimpinan Bawaslu, Nasrulah. (arthur rompis)