Bentrok di Aceh Singkil, Ketua Sinode GMIM: Itu Potret Mengerikan
"Jika benar, itu merupakan potret mengerikan dalam kehidupan berbangsa bernegara kita yang dibungkus Bhinneka Tunggal Ika."
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) menyatakan keprihatinannya atas peristiwa konflik horizontal yang bermuara dibakarnya dua rumah ibadah di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nangroe Aceh Darusallam (NAD), Selasa (13/10) lalu.
Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM, Pdt HWB Sumakul ThM menyatakan, GMIM prihatin atas peristiwa tersebut.
"Jika benar, itu merupakan potret mengerikan dalam kehidupan berbangsa bernegara kita yang dibungkus Bhinneka Tunggal Ika," katanya usai memimpin ibadah syukur HUT ke-53 Pria Kaum Bapa (P/KB) GMIM di Lapangan Sparta Tikala Manado, Jumat (16/10).
Ia menegaskan, negara ini dibangun di atas pondasi kemajemukan, berdasar perbedaan suku, agama, ras dan golongan. Demikian juga, negara wajib menjamin dan melindungi hak setiap warganya untuk menyatakan keyakinan dan kepercayaannya. "Undang-undang Dasar 1945 menyatakan demikian," tukasnya.
Karena itu, Sumakul meminta pemerintah dan aparat yang punya otoritas melakukan penyelidikan serta menegakkan hukum.
"Satu harapan kami, negara berlaku adil dalam setiap persoalan kebangsaan. Sebab, semua anak bangsa punya hak sama," katanya.
Ia meminta warga GMIM tak terpengaruh dengan sentimen dan beragam provokasi.
"Mari kita doakan mereka yang menjadi korban serta kiranya umat Tuhan di sana bisa dipulihkan," pintanya.
Sedangkan Ketua P/KB Sinode GMIM, Pnt Ir Stefanus BAN Liow menyatakan, pemerintah seyogyanya memberi perlakuan adil terhadap semua warga negara.
Terkait insiden di Aceh Singkil, Liow yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Sulut endesak pemerintah pusat agar menyelesaikan persoalan secara objektif.
"Pemimpin (negara) harus menyelesaikan soal Aceh Singkil. Bagaimana kasus serupa di Tolikara Papua bisa diselesaikan, demikian pula di Aceh. Jika tak diselesaikan, ada penindakan tegas dan penegakan hukum, justru menyemai dendam dan menyimpan bara potensi konflik," ujarnya.
Ia menyentil kurang sigapnya pemerintah pusat, yakni Polri, Kementerian Agama dan otoritas terkait yang terkesan membiarkan peristiwa tersebut.
"Termasuk media massa nasional yang agaknya memilih hati-hati dalam memberitakan," ujar Liow. Ia mengimbau seluruh warga P/KB GMIM tak terpancing atas peristiwa tersebut.
Terpisah, Panglima Panji Yosua P/KB GMIM, Brian Janny Waleleng SH MH menilai, apa yang terjadi di Aceh Singkil merupakan langkah mundur dalam kehidupan bernegara yang berdasar Pancasila yang menjunjung tinggi HAM.
"Ini menjadi ironi. Sejatinya yang kuat melindungi yang lemah, justru sebaliknya, yang kuat memangsa yang lemah. Apa yang kita praktekkan di Sulut, bagaimana hidup saling menghormati, toleransi dan rukun seharusnya dicontohi daerah lain," kata Waleleng.