Apa -apaan Ini! Makan Otak dan Daging Mentah Manusia Bikin Saraf Sehat
Untuk menghormati yang meninggal, wanita dan anak-anak makan otaknya sementara para pria makan daging.
Penulis: Fransiska_Noel | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID - Suku Fore yang bertahan hidup diketahui di dalam tubuhnya membentuk varian protein prion manusia yang dapat memproduksi resistensi terhadap penyakit tertentu.
Sudah terbukti kanibalisme menyebabkan penyakit otak degeneratif seperti demensia dan penyakit Creutzfeldt-Jakob.
Namun ilmuwan menemukan ada satu suku dengan kecenderungan kanibal yang justru punya resistensi terhadap penyakit-penyakit saraf tertentu.
Penemuan itu bakal berdampak terhadap pengobatan atau pencegahan penyakit otak seperti Alzheimer's.
Riset tersebut dilaksanakan olehMedical Research Council (MRC) Prion Unit, University College London.
Mereka meneliti orang-orang Fore, satu suku yang pernah terisolasi di bagian timur Papua New Guinea.
Sampai tahun 50-an suku berjumlah sekitar 20 ribu orang itu berdiam di Distrik Okapa, provinsi dataran tinggi timur yang terpencil.
Ketika ditemukan, antropolog mendapati penemuan mengejutkan, mereka melakukan upacara kanibalisme saat pemakaman.
Untuk menghormati yang meninggal, wanita dan anak-anak makan otaknya sementara para pria makan daging.
Adat tersebut berefek mengerikan bagi orang Fore, misalnya membiarkan molekul mematikan menyebar dan menyebabkan kematian fatal dan penyakit tak bisa diobati yang diberi nama kuru.
Puncaknya, di tahun 1960 penyakit itu membunuh dua persen populasi Fore setiap tahun dan kematian pada wanita meliputi delapan kali lipat pria.
Kendati sudah dilarang, efek dari kanibalisme itu masih ada di suku Fore.
Namun sebuah penelitian menemukan meskipun ritual itu menyebabkan epidemi mematikan, kebiasaan itu menyebabkan mutasi genetik yang membuat orang Fore kebal terhadap penyakit lain.
Suku Fore yang bertahan hidup diketahui di dalam tubuhnya membentuk varian protein prion manusia yang dapat memproduksi resistensi terhadap penyakit seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD).
Hal ini disinyalir bakal membantu pengobatan penyakit Alzheimer's dan Parkinson's.
