Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Pilu di Pesisir Pantai Minahasa, Arus Kuat Atau Mistis, Entahlah

Pantai pesisir Barat Kabupaten Minahasa selama ini sering memakan korban jiwa.

Penulis: Finneke | Editor:
TRIBUNMANADO/FINNEKE WOLAJAN
Pesisir Pantai Mokupa 

Laporan wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Nahas bagi Rival Usman. Remaja 15 tahun itu tewas di gulung ombak Pantai Mokupa, Minggu kemarin.

Pantai pesisir Barat Kabupaten Minahasa selama ini sering memakan korban jiwa. Dalam waktu berentetan, peristiwa tenggelamnya warga hampir selalu mewarnai pantai yang berada di antara Kota Manado dan Minahasa Selatan ini.

Hal ini pun kerap menjadi tanda tanya, entah ada hal-hal mistik di dalamnya, atau faktor kelalain manusia yang tak memerhatikan keselamatan.

Di kawasan ini pula, berdiri tempat-tempat wisata seperti resort, hotel dan tempat rekreasi lainnya yang bersentuhan langsung dengan pantai.

Seperti Pantai Tombariri, Mangatasik, Ranowangko, Bulo dan objek wisata terkenal lainnya.

Kondisi pantai pesisir Barat Minahasa ini memiliki pasir berwarna hitam dan coklat. Batu-batu besar pun sering terlihat di pantai ini. Tapi tak sedikit pula hamparan pasir di sepanjang pantai.

Di beberapa kejadian, masyarakat sering mengaitkannya dengan hal-hal mistis. Tapi ada pula yang memberi keterangan rasional karena faktor alam dan kesalahan manusia itu sendiri.

Seperti yang diutarakan Ale (55), penjaga pantai kawasan Pantai Mokupa, tak jauh dari bangunan eks Manado Beach Hotel. Menurutnya, beberapa peristiwa orang tenggelam tak bisa dikaitkan dengan hal-hal mistis.

"Tak ada hal mistis. Kadang itu karena arus laut yang kuat. Warga melihat air tenang, tapi ternyata arus di bawahnya kuat. Sehingga tahu-tahu sudah ada yang tenggelam, walau tak jauh dari pantai," ujar Ale saat ditemui sedang bersih-bersih pantai, Senin (27/4) siang.

Dikatakannya, faktor kehati-hatian memang sangat penting. Seperti saat tamasya, orangtua harus memerhatikan betul anak mereka.

Pun bagi mereka yang tak bisa berenang agar lebih berhati-hati. Karena meski tahu berenang pun, bahaya tetap mengincar.

"Banyak yang meninggal juga orang dewasa. Kira-kira hampir setiap tahun selalu ada yang meninggal," ujar pria yang mengaku telah delapan tahun menjadi penjaga pantai.

Hal berbeda diungkap warga sekitar muara Sungai Ranowangko. Menurut keterangan beberapa warga, katanya di pantai itu ada penghuninya. Sehingga setiap tahun selalu ada korban. Seperti peristiwa tenggelamnya tiga bocah warga setempat tahun 2013 silam.

Menurut keterangan yang didapat, saat kejadian, terlihat sesosok perempuan yang diduga menjadi alasan tenggelam para bocah. Sosok itu pun menghilang seketika, bersamaan dengan bocah-bocah tersebut tenggelam.

Senada dikatakan, Ronny, warga Desa Tateli. Beberapa tahun silam, ia kehilangan seorang temannya saat tamasya di Pantai Mangatasik bersama pemuda gereja.

Kejadian tenggelamnya temannya itu, menurutnya, begitu cepat. "Kami sedang menikmati suasana, tiba-tiba dikejutkan tenggelamnya teman kami. Begitu cepat, dan nyawanya tak tertolong lagi," kenangnya.

Dalam pencarian, warga setempat turut membantu. Dan peristiwa tersebut kemudian dikaitkan dengan hal-hal mistis.

"Warga setempat bilang memang ada penjaga di pantai itu. Sehingga tiap tahunnya selalu memakan korban. Dan memang sebelum-sebelumnya juga sudah ada korban tenggelam. Dari dulu hingga sekarang, selalu ada yang meninggal di kawasan pantai Barat Minahasa ini. Entah apakah karena arus laut yang kuat, atau ada hal-hal mistis," tuturnya. (finneke wolajan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved