BW Lapian dan Henk Ngantung Bakal Jadi Pahlawan Nasional
Pahlawan Nasional dari Kota Tomohon bakal bertambah lagi.
Penulis: | Editor: Fransiska_Noel
Laporan Wartawan Tribun Manado, Warstef Abisada
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pahlawan Nasional dari Kota Tomohon bakal bertambah lagi. Setelah Lambertus Nicodemus Palar, kemungkinan menyusul dua tokoh lagi yakni BW Lapian dan Henk Ngantung yang akan dikukuhkan menjadi pahlawan nasional karena dinilai sangat berjasa bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Rintisan untuk pengukuhan Lapian dan Ngantung telah dimulai oleh masyarakat dan pemerintah Kota Tomohon dalam seminar nasional bertajuk ‘BW Lapian dan Henk Ngantung Menuju Pahlawan Nasional’ di Rumah Jabatan Wali Kota, Selasa (20/1). ‘Saya sangat setuju jika BW Lapian dan Henk Ngantung dikukuhkan menjadi pahlawan nasional,’ kata Wali Kota Jimmy Eman yang ikut hadir dalam seminar tersebut, kemarin.
Profesor Susanto Suhdi, dosen Sejarah Universitas Indonesia menilai kedua tokoh tersebut layak diusulkan menjadi pahlawan nasional, sebab dari sejarah memiliki peran yang penting dalam memajukan bangsa Indonesia. BW Lapian misalnya, dari catatan sejarah menurut Susanto sebagai sosok yang religius dan jiwa raganya diberikan untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia, sehingga layak untuk diteladani generasi masa kini .
‘BW Lapian pernah berperan penting sebagai juru damai sehingga mampu mengakhiri pemberontakan Abdul Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, kendati dalam beberapa perannya sempat mengancam nyawanya bahkan sempat dipenjara di Manado, Cipinang dan Sukamiskin pada Tahun 1949. Tapi, mudah-mudahan pengusulan ini akan berjalan dengan baik,’ tegas Susanto.
Lapian juga kata dia pernah berperan penting untuk membantah klaim Belanda yang menyebutkan Minahasa sudah menjadi provinsi ke-12 yang dikuasai, dengan mengirim telegram kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta. ‘Ia bersama putra putri terbaik bangsa di Minahasa kala itu berjuang untuk mematahkan klaim Belanda yang telah menguasai Minahasa sebagai provinsi ke-12, perjuangannya sangat gigih,’ ungkapnya.
Sementara itu, Henk Ngantung menurut sejarawan Sulut Ivan Kaunang juga berperan penting dalam kemajuan Indonesia. Sebab, pernah dipercayakan Presiden Soekarno sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ngantung sendiri banyak membuat sketsa lukisan dalam beragam perjuangan Indonesia termasuk ketika bersama Presiden melakukan perundingan. ‘Ia merupakan seniman pejuang, mungkin satu-satunya di Indonesia pahlawan nasional yang merupakan senimans atau pelukis jika disetujui pemerintah,’ tuturnya.
Janny Lapian, putra bungsu BW Lapian bangga terhadap jasa yang ditelorkan oleh ayah handanya. Kendati dalam perjalanan hidup dari Jakarta ke Manado pada 14 Februari 1976 bersama rombongan dalam pesawat, BW Lapian menegaskan tak pernah bercita-cita untuk menjadi pahlawan nasional. ‘Dalam perjalanan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan asal Sulut ketika itu, yang dibicarakan oleh orang tua saya dan teman-temannya bukan bagaimana menjadi pahlawan. Tapi, bagaimana membangun Minahasa terutama Sulut itu agar lebih maju lagi kedepan,’ terangnya.
Genny Ngantung, putri dari Henk Ngantung juga bersyukur, sebab sebagai orang Minahasa ayahnya diusulkan menjadi pahlawan nasional, kendati diakhir masa hidup setelah tak menjabat Gubernur DKI sempat hidup dalam keprihatinan.
Judie Turambi, Ketua Panitia Seminar menjelaskan BW Lapian yang akrap disapa 'Bena'lahir di Kawangkoan 30 Juni 1892, beristrikan Marisa Adriana Pangkey asal Tomohon yang menikah pada 30 Mei 1928. Ia dikenal sebagai tokoh tiga zaman dalam perjalanan perjuangan bangsa, yakni pernah menjadi Acting Gubernur Sulawesi di Makassar, anggota Minahasaraad, Hukum Besar rangkap Walikota Manado, tokoh Peristiwa 14 Februari 1946.
BW Lapian merupakan penerima bintang jasa yakni Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra Pratama. Selain itu dikenal luas sebagai tokoh pers karena mendirikan beberapa koran, tokoh pendidik dan tokoh agama.
Sementara Hendrik Hermanus Joel 'Henk' Ngantung Lahir di Bogor, 1 Maret 1921dan pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta (1964-1965). Ia dikenal luas sebagai seniman pejuang yang meliput dan melukis berbagai peristiwa sejarah penting sejak zaman Kolonial Belanda sampai kemerdekaan diantaranya; Perjanjian Renvile, Perjanjian Linggarjati. ‘Karyanya yang terkenal adalah Sketsa Patung Selamat Datang Bundaran HI, Lambang Kostrad, Lambang DKI Jakarta. Dan ia merupakan tokoh otodidak ini penerima penghargaan dari Kostrad dari Panglima Kostrad Mayjend Soeharto,” tukas Turambi.
Ikuti berita-berita terbaru di tribunmanado.co.id yang senantiasa menyajikan secara lengkap berita-berita nasional, olah raga maupun berita-berita Manado online.