Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ketika Hidup Bagaikan Seekor Burung dalam Sangkar

Keinginan untuk hidup dalam kebebasan, pada dasarnya didambakan semua manusia.

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:
Ilustrasi 

Oleh: Pdt Meike Kakalang Walukouw MTh
Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) GMIM Moria Girian Indah Wilayah Bitung III

ZAKARIA 10:8,9 dan YOHANES 8:30-36

SAUDARA-saudaraku, ada syair lagu begini …hidup bagaikan seekor burung, dalam sangkar yang terkurung. Biar sangkarku terbuat dari emas, lebih baik ku hidup di hutan luas. Syair lagu ini menggabarkan bahwa : Kebebasan itu melegakan, mengenakkan, tak ada tekanan, bebas terbang.

Ketika bangsa Indonesia dalam penjajahan: Maka para pejuang berjuang untuk boleh hidup dalam kemerdekaan (freedom). Di era reformasi, banyak orang menggunanakan hak-haknya secara bebas, tetapi ada juga banyak orang secara pribadi maupun kelompok menggunakan kebebasan dengan cara-cara yang tidak terpuji : berdemonstrasi, unjuk rasa demi mencapai yang diinginkannya.

Keinginan untuk hidup dalam kebebasan, pada dasarnya didambakan semua manusia.

Ketika Allah menciptakan dunia ini dan segala isinya serta menciptakan manusia, Allah memberi kebebasan kepada manusia di Taman Eden. Dimana kebebasan itu hendaklah dalam bingkai tanggung jawab diantaranya bebas makan semua buah dalam taman tetapi jangan makan buah pengetahuan ttg yang baik dan jahat dan memelihara taman itu.

Dalam satu acara Kick Andy : Beliau berbagi cerita dengan mereka yang terkurung di terali jeruji (penjara). Di mana orang-orang yang berada di balik terali ini berharap mendapatkan kebebasan (bebas) setelah mereka menjalani hukuman sesuai keputusan. Mereka dipenjarakan karena perbuatan salah yang diperbuat mereka.demikian juga Adam dan Hawa, kebebasan mereka hilang karena ulah mereka, memakan buah pohon pengetahuan ttg yang baik dan yg jahat. Kitapun boleh berada di zaman Anugerah ini karena Yesus Kristus yang telah mati, bangkit demi untuk membebaskan kita dari ikatan dosa yang membelenggu.

Umat Israel mengalami masa-masa hukuman dari Tuhan Allah karena dosa-dosa dan pelanggaran mereka. Umat di tawan sebagai hukuman yang diberikan Allah. Bahkan melalui bangsa-bangsa lain Allah mendidik mereka. Dan Allahpun mau berbaik hati dengan umat-Nya, Dia membebaskan mereka, sehingga mereka boleh menghirup kebebasan di negeri sendiri. Otoritas Allah selalu berpihak kepada umat yang dikasihi-nya. Lewat Nabi Zakaria, Ia bersiul memanggil mereka dan mengumpulkan mereka. Bahkan dengan janji-janjiNya bahwa umat Israel akan hidup dan bertambah banyak serta menikmati damai sejahtera. Dan dengan penyelamatan Allah ini, mereka harus mengingat kebaikan-Nya. Artinya mereka harus betul-betul menyembah Tuhan, serti hidup menurut firman dan kehendak-nya, sehingga segenap bangsa akan melihat kemahakuasaan Allah, bahkan janji Tuhan yang pasti dan amin untuk umat yang dikasihiNya.

Dalam bacaan Yohanes 8:30-36, menceritakan ttg perbedaan antara anak dan hamba. Yesus Kristus digambarkan sebagai Anak yang tinggal dalam rumah digambarkan sebagai tuan, pemilik dan yang memberikan kebebasan sedangkan hamba tetap tinggal dalam rumah dan dia harus taat, setia, tunduk terhadap perin tah tuannya.

Secara jelas Tuhan Yesus mau memberitahukan tentang keunggulan-keunggulan dari Anak dibandingkan dgn hamba. Dimana tuhan Yesus sebagai anak, punya kuasa untuk membebaskan sedangkan Abraham tidak. Sosok Tuhan Yesus adalah penentu hidup, termasuk soal keselamatan, kebebasan, kemerdekaan serta pemulihan. Jika bersama yesus umat akan bebas. Karena itu hidup sebagai murid Kristus hendaklah kita menuruti firman-nya. Dengan meneladani teladan Kristus, maka kita dapat mengetahui kebenaran dan kebenaran itulah yang memerdekakan kita. Inilah arti kemerdekaan dan kebebasan sebagai murid-murid Kristus (orang Kristen) yaitu melakukan Firman Allah, taat dan setia, dengan kata lain itulah kebebasan yang bertanggung jawab.

Saudaraku… dengan kematian dan kebangkitan-Nya, maka kita di sebut sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan dan dimerdekakan. Tentunya diharapkan agar kita tidak lagi menjadi hamba dosa atau hidup menyimpang dari ajaran-ajaran Yesus. Jangan lagi kita menyia-nyiakan kemerdekaan yang sudah dianugerahkan Tuhan Yesus bagi kita. Karena Yohanes sendiri melihat kebebasan itu ada dalam kaitan dengan ketaatan kepada Allah dalam hal ini Yesus Kristus, yang juga pemberi kebebasan, kemerdekaan, kelepasan dimana dosa tidak lagi berkuasa dalam hidup sebagai orang percaya.

Marilah kita menjadi umat Allah yang sejati dgn memelihara hidup yang memaknai kebebasan dalam jalur yang benar menurut kehendak Tuhan Yesus, menyangkut : Kasih, pengampunan, pemulihan dan keselamatan. Karena kebebasan yang memerdekan tak akan dapat diperoleh jika tidak hidup pada ajaran dan kebenaran dari Yesus Kristus.
Di era post modern ini, tak dapat dipungkiri, kita bisa saja mendapatkan dengan cepat apa yang kita mau. Kita bebas memilih. Apakah itu dalam bentuk jabatan, kedudukan, harta kekayaan, dll. Dunia menawarkan itu bagi kita. Tapi ingat bahwa semua itu hanyalah kesenangan semu atau sementara.

Ketika kita dapat dgn cara tidak halal, maka aka nada waktu dimana kita akan menerima konsekwensinya. Tetapi jika Allah dalam yesus Kristus menawarkan kebebasan kepada kita dengan melakukan segala yang Tuhan perintahkan dgn takut akan Dia (melakukan yang baik di mata Tuhan dan manusia) maka itu pasti kekal adanya. Kita pasti akan mengalami hidup penuh sukacita tanpa tekanan, siksaan, penderitaan dan itulah kebebasan yang berarti dan bermakna. Dan berarti pula bahwa semua yang kita upayakan tidak pernah sia-sia. Tuhan Yesus dalam Roh kudusnya akan selalu bekerja dalam kehidupan kita untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi kita yang hidup dalam Yesus Kristus. Amin.(*)

Ikuti berita-berita terbaru di tribunmanado.co.id yang senantiasa menyajikan secara lengkap berita-berita nasional, olah raga maupun berita-berita Manado online.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved