Program Boulevard Bebas Angkot
Sopir Mikro Manado Tolak Program Boulevard Bebas Angkot
Sopir angkutan kota (angkot) mikro menolak program Wali Kota Manado Jalan Boulevard bebas angkot di 2015.
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Sopir angkutan kota (angkot) mikro menolak program Wali Kota Manado Jalan Boulevard bebas angkot di 2015. Sopir angkot yang beroperasi di wilayah Kota Manado mengejar target angkutan,tiap hari harus berburu uang lebih dari Rp.400.000. Mereka harus menyetorkan uang angkut kepada pemilik mobil sebanyak Rp.300.000, jika uang yang di dapat di bawah angka itu akan nombok,dan tidak mendapatkan apa-apa.
Seorang sopir, Engky. Ia membawa penumpang trayek Malalayang - Pasar 45, setiap hari harus bangun pagi untuk mencari penumpang. Jika mulai beroperasi siang hari selain sedikit penumpang juga macet. Engky menuturkan penumpang yang ada di Pasar 45, sering di jemput taksi gelap (sebutan bagi kendaraan pribadi berpelat hitam yang digunakan untuk mengangkut penumpang) langsung ke tempat tujuan.Misalnya PNS yang tinggal di Kota Manado tapi kerja di Amurang,mereka langsung dijemput di depan rumah atau menunggu di pasar 45,kejadian ini menyebabkan sopir angkot merugi.
"Aduh bagaimana ini,sedangkan sekarang sulit mendapatkan uang yang lebih karena taksi gelap sering beroperasi apalagi dengan kehadiran 10 bus yang mengangkut penumpang secara gratis,apalagi yang akan kami dapatkan,"ujarnya
Engky menuturkan kondisi seperti itu bisa membuat sopir mikro berhenti bekerja, karena tidak akan mendapatkan hasil maksimal untuk setoran harian.
"Saya hanya tinggal di rumah kos sementara istri saya hanya bekerja sebagai buruh bantu rumah tangga dengan gaji yang tidak pasti. Untuk membayar kost bulanan saya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 400.000, makan sebulan Rp 1.300.000,belum lagi kebutuhan lain. Jika pemerintah meluncurkan 10 bus ini kami akan merugi dan bisa-bisa kami berhenti dari pekerjaan ini,"katanya
Selain Engky ada beberapa sopir angkot yang memberikan keterangan yang sama,mereka tidak tahu pasti akan rencana pemerintah untuk menyalurkan 10 armada bus.
Ketika ditemui Tribun Manado, sopir angkot ini sedang santai di tepi Pantai Malalayang. Mereka terlihat menikmati angin yang berhembus ke arah jalan, sambil minum es kelapa muda.
Brando juga bekerja sebagai sopir angkot mengatakan, tidak mau jika ada peraturan tersebut dibuat kami bisa jatuh susah padahal hanya itu keahlian kami,jika berhenti menjadi sopir kami akan menambah jumlah pengangguran di kota Manado.
"Saya sangat tidak setuju dengan penyaluran 10 bus yang dibuat pemerintah, sebab akan merugikan para sopir di jalur Boulevard. Kami tidak mengancam tapi jika dibuat kami akan demo, tidak beroperasi selama tuntutan kami dipenuhi,"ujarnya. (tribunmanado/felix tendeken)
Ikuti berita-berita terbaru di tribunmanado.co.id yang senantiasa menyajikan secara lengkap berita-berita nasional, olah raga maupun berita-berita Manado online.