Renungan Minggu
Berapa Banyak Janji yang Sudah Anda Penuhi?
Pertanyaannya, berapa banyak dari janji-janji yang pernah Anda keluarkan itu Anda penuhi? Berapa banyak yang tidak Anda penuhi?
Penulis: Maickel Karundeng | Editor: Fransiska_Noel
Pdt Marshell Degi Botu STh
Pendeta GMIM Sion Tounelet
(2 Petrus 3:9)
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kalau kita berbicara soal janji, setiap hari kita mengeluarkan janji seperti saya akan menelpon Anda kembali, saya akan membayar utang saya, saya akan pinjamkan uang, saya akan hadir di acara Anda, dsb.
Pertanyaannya, berapa banyak dari janji-janji yang pernah Anda keluarkan itu Anda penuhi? Berapa banyak yang tidak Anda penuhi?
Kebanyakan janji-janji orang tidak dipenuhi. Janji-janji ke pihak lain dalam urusan bisnis banyak tidak dipenuhi, misalnya untuk mengirimkan surat, proposal, laporan pada waktu tertentu.
Janji pernikahan yang serius untuk saling mencintai pasangan, kebanyakan juga tidak dipenuhi dengan berjalannya waktu.
Termasuk janji kepada Tuhan, misalnya untuk melayani, memberi persembahan lebih; janji untuk tidak mabuk minuman keras lagi, janji untuk tidak judi, tidak selingkuh lagi apalagi janji yang tidak konkrit seperti lebih mengasihi Dia
Kita sering membuat janji gombal. Tidak heran kalau ada ungkapan "janji adalah untuk dilanggar". Seringkali bukan maksudnya tidak mau memenuhi janji kita tapi kita sering tidak serius.
Ketika kita melupakan janji kita kepada orang lain, kita merasa tidak apa-apa dan tidak merasa bersalah.
Namun pertanyaannya bagaimana perasaan kita kalau orang berjanji kepada kita dan dia tidak memenuhi janjinya? Jawaban ini akan berlaku pada orang lain yang menerima janji-janji kita.
Ketika kita tidak memenuhi janji kita sebenarnya secara sadar atau tidak sadar kita tidak menghargai orang yang bersangkutan. Namun tidak memenuhi janji juga berarti tidak menghargai diri sendiri, yaitu tidak menghargai ucapan sendiri.
Akibat janji yang tidak dipenuhi, adalah hubungan yang rusak. Orang kecewa dan sakit hati karena harapannya tidak dipenuhi dan merasa tidak dihargai.
Kita kehilangan kepercayaan dari orang yang kita ingkari janjinya. Kalau ini menjadi kebiasaan akan merusak reputasi kita sebagai orang tidak memegang janji.
Dalam jangka panjang situasi demikian akan merusak citra diri atau self-image orang tersebut, self-esteem dan akhirnya merusak hidupnya.
Apa sebenarnya janji itu? Janji kita pahami sebagai pernyataan seseorang bahwa ia akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu bagi orang lain.
Orang yang menerima ungkapan itu bisa berharap janji akan dilakukan. Dalam budaya modern, janji itu mengikat secara moral. Ada ungkapan: Our words are our debt. Tidak menepati janji berarti tidak membayar utang.
Kalau manusia banyak berjanji sebenarnya wajar, karena Allah Sang Pencipta yang adalah patron manusia ciptaan adalah Allah yang banyak berjanji.
Menurut seorang penulis, dalam Alkitab ada 3.573 janji Allah dan semuanya adalah janji-janji yang ditepati oleh Allah.
Salah satu contoh janji Allah yang adalah Dia akan mengirimkan seorang Juruselamat yang akan mengalahkan iblis (Kejadian 3:15), dan ini sudah Dia penuhi dalam kedatangan Kristus.
Dan janji Allah yang terakhir adalah bahwa Yesus akan datang kembali. Ini janji yang masih kita tunggu pemenuhannya.
Bedanya dengan Tuhan, kalau kita sering ingkar janji, maka Allah tidak pernah tidak menepati janji-janji-Nya (Bilangan 23:19).
Sementara manusia dengan keterbatasan dan karena dosa tidak mampu selalu memenuhi janji-janjinya dan kadang dengan sengaja mengingkari janji-janjinya untuk kepentingan sesaat.
Kita harus sadar ketika kita berjanji maka reputasi kita sedang dipertaruhkan. Apakah janji kita akan terpenuhi atau tidak. Ketika kita penuhi maka kita telah bertindak dengan integritas dan sebaliknya ketika kita gagal memenuhi janji kita maka kita sedang mengganggu integritas sendiri.
Kalau kita adalah pribadi yang mau berubah dan bertumbuh, maka satu hal yang bisa perbaiki adalah dalam soal berjanji dan memenuhi janji.
Kita perlu menyadari dan mengevaluasi bagaimana kita telah membuat janji, motivasi di balik membuat janji seberapa banyak kita berhasil memenuhi janji-janji kita, dan apa yang membuat kita telah sering gagal dalam memenuhi janji-janji kita.
Untuk suatu janji yang spesifik kita perlu memahami motivasi-apakah untuk ego kita atau untuk kebutuhan? Apakah Anda perlu membuat janji itu? Apakah Anda mampu memenuhi janji itu? Lebih baik kita tidak menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk yang kita sendiri tidak dapat memenuhinya.
Jika kita sudah berjanji maka penuhi. Sama seperti Allah yang konsisten menepati janjinya demikianlah kita harus belajar konsisten dengan janji-janji kita. Amin. (kel)
Update terus informasi terbaru setiap hari di Tribun Manado edisi cetak, dan di www.tribunmanado.co.id