Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bikin Was-was! Jembatan Bailey Tomohon Menunggu Amblas?

RASA was-was warga memuncak setelah terjadi gempa, karena mereka khawatir jembatan darurat yang dibangun tersebut bisa amblas.

Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO/RYO NOOR
Mobil Xenia terjebak di Jembatan Bailey Tomohon memicu kemacetan panjang, Sabtu (15/11/2014) malam. 

Laporan wartawan Tribun Manado Warstef Abisada

Sehari setelah terjadi gempa bumi pada Sabtu (15/11/2014) lalu dengan kekuatan 7,3 skala Richter, warga Tomohon menjadi was-was untuk melintas di jalan utama Manado-Tomohon, terutama di Km 13 tempat beradanya dua Jembatan Bailey yang menyambung akses jalan putus pada 15 Januari 2014 ketika terjadi bencana longsor yang menelan 6 korban jiwa.

RASA was-was warga memuncak setelah terjadi gempa, karena mereka khawatir jembatan darurat yang dibangun tersebut bisa amblas atau jatuh karena tak kuat menahan beban ribuan kendaraan yang lewat setiap hari. “Setelah terjadi gempa, saya menjadi lebih takut untuk melintas di dua Jembatan Bailey tersebut, karena saya khawatir akan amblas ke bawah akibat tak kuat menahan beban kendaraan yang lewat setiap hari,’ keluh Bobby Sambeka, warga Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara, Minggu (16/11/2014).

Sebelum gempa terjadi, kondisi Jembatan Bailey Tomohon memang sudah sangat memprihatinkan. Akibat tak dirawat secara rutin, banyak papan lantai yang sudah lapuk, bahkan pada akhir pekan lalu sempat membuat sebuah kendaraan Xenia terperosok ke dalam lubang di jembatan (Baca: BREAKING NEWS: Macet! Jembatan Bailey Tomohon Lapuk, Roda Xenia Terjebak). “Jembatan ini yang saya tahu, dibangun TNI hanya sebagai jembatan darurat saja, untuk menyambung akses jalan yang putus. Tapi, tidak diketahui pasti kenapa jembatan ini tidak direhabilitasi pemerintah dengan dibuat jembatan baru yang permanen, sehingga keselamatan masyarakat lebih terjamin,” kata Bobby.

Jembatan darurat tersebut menurut amatan Bobby tinggal menunggu waktu saja untuk amblas atau jatuh ke dasar sungai dibawahnya dengan tinggi sekitar 4 hinggag 6 meter, sebab kedua ujungnya hanya diletakkan di ujung jalan yang putus tersapu banjir dan longsor 10 bulan silam. “Konstruksinya jembatan yang dibuat TNI ini mungkin sangat kuat karena dari baja, tapi kita tidak tahu kekuatan tanah tempatnya berpijak, dimusim penghujan seperti ini bisa saja tiba-tiba amblas, akibat kondisinya tidak labil. Apalagi banyak kendaraan yang lewat disitu, hingga yang memiliki beban berat diatas 5 ton,’ sesalnya.

Untuk mengurangi resiko kerusakan jembatan lebih parah dan meminimalisir terjadinya kecelakaan di jembatan, Bobby mengaku tak langsung lewat menguntit di belakang kendaraan lain secara bersama-sama. Tapi, memilih berdiam sejenah diujung jalan, untuk melihat jika kondisi jembatan sudah kosong baru dilaluinya. ‘Meski terjadi antrian di belakang kendaraan, saya tetap tidak akan lewat jembatan jika didepan saya ada mobil yang lebih dulu lewat, apalagi jika itu truck. Sebab, sangat membahayakan mengingat beban terkonsentrasi di jembatan,’ tuturnya.

Boaz Wilar, warga Tomohon lainnya mengaku jika hendak ke Manado, tak mau lagi menggunakan kendaraan pribadi, setelah melihat kondisi jembatan lebih memprihatinkan. “Saya saja kalau ke Manado, sudah tidak mau pakai kendaraan sendiri, karena jembatan sudah tidak aman. Jembatan tersebut sudah tidak layak untuk digunakan karena berbahaya. Jadi, Seharusnya pemerintah segera memperbaiki jembatan dengan permohonan dana bantuan bencana ke pemerintah pusat,” ujarnya.

Pantauan Tribun Manado, kemarin, perbaikan jembatan dilakukan oleh Balai Jalan bersama Dinas Pekerjaan Umum setelah satu kendaraan terperosok ke dalam lubang dijembatan akibat lapuknya papan. Ada sekitar empat pekerja yang mengganti papan yang lapuk dengan papan baru dari batang kelapa, sehingga belum bisa dilalui oleh kendaraan.

Untuk kendaraan dari arah Tomohon ke Manado, dialihkan lewat jalan alternatif Tinoor-Warembungan, sedangkan dari Manado ke Tomohon tetap melewati jalur utama, sebab jembatan satunya masih difungsikan kendati papannya juga sudah terlihat lapuk. Kendati sudah dialihkan arus lalu lintas dari Tomohon ke Manado lewat jalur alternatif, namun ada banyak kendaraan yang menerobos, baik roda dua, empat hingga bus. Beruntung ada anggota Sat Lantas Polsek Tomohon Utara yang berjaga di jembatan, sehingga kendaraan dipaksa memutar lagi untuk lewat jalur alternatif, tidak lewat jembatan yang diperbaiki.

Sempat terjadi perdebatan antara anggota Sat Lantas dan sopir yang ngotot lewat di jembatan, tapi setelah diberi pemahaman tentang ancaman bahaya yang bisa timbul jika dilewati dalam kondisi perbaikan, akhirnya para sopir memilih untuk berbalik arah.

Donny, seorang pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulut mengakui kerusakan alas jembatan Bailey bukan akibat gempat, tapi karena banyaknya kendaraan yang lewat, terutama berbobot berat diatas 5 ton. “Jembatan ini diperbaiki bukan karena rusak akibat gempa, tapi karena papannya memang sudah lapuk, makanya diganti dengan yang baru agar lebih kuat. Jembatan ini masih aman dan layak untuk dilewati,’ kata Donny sambil memantau pekerja yang mengganti papan lapuk di jembatan.

Menurut Donny, mestinya masyarakat terutama pengemudi kendaraan yang bobotnya diatas 5 ton ikut menjaga jembatan agar tidak rusak. Caranya dengan tidak melintas di jembatan, sebab bobotnya melebihi batas yang ditentukan. ‘Sebenarnya disini sudah dibatasi kendaraan yang lewat, untuk bobot diatas 5 ton dilarang. Tapi, ada juga yang menerobos sehingga memperparah kerusakan,’ tukasnya sembari menambahkan jembatan bisa beroperasi lagi setelah perbaikan selesai. (Warstef abisada)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved