Renungan Minggu
Injil Menembus Perbedaan
Perenungan kali ini berbicara mengenai budaya. Budaya adat istiadat, kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur atau warisan kebiasaan di suatu tempat.
Pdt Magritha Sumolang-Rembet STh
Ketua Jemaat GMIM Paulus Matungkas
Bacaan Yosua 6: 23-25 dan Yohanes 4: 1-10
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perenungan kali ini berbicara mengenai budaya. Budaya adat istiadat, kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur atau warisan kebiasaan di suatu tempat.
Budaya orang Samaria dan Yahudi sumbernya permusuhan atau baku marah dan hal ini sudah menjadi kebiasaan. Orang Yahudi tidak boleh menikah dengan bukan Yahudi. Konsekuensinya akan dibuang, dikucilkan dan dijadikan orang nomor dua, orang Samaria sikapnya Pluralisme otomatis adat istiadat tidak dipegang.
Taurat tidak diberlakukan karena sudah terjadi campuran. Orang Yahudi sangat antipati terhadap orang Samaria. Orang Yahudi memegang budaya sebagai harga mati, sedangkan orang Samaria tidak. Maka timbullah permusuhan yang memang sangat marah. Dalam tugas penginjilan Tuhan Yesus meninggalkan Yehuda untuk kembali ke Galilea, sebab orang-orang di Yehuda sudah banyak yang percaya.
Pada waktu Tuhan Yesus melintasi daerah Samaria, Yesus tiba di daerah Sikhar dan disana terdapat sumur Yakub karena perjalanan jauh yang ditempuh, maka Yesus beristirahat disitu.
Kira-kira jam 12 siang datang seorang perempuan Samaria untuk mengambil air, perempuan ini tidak terhormat karena statusnya sebagai pelacur.
Ketika Yesus melihat perempuan itu Yesus meminta air, cara ini dilakukan Tuhan Yesus sebagai jembatan dalam rangka misi, dan sebagai metode Tuhan agar tercipta percakapan dengan perempuan.
Pertanyaan dan permintaan Yesus disambut dengan jawaban Yohanes 4 ayat 9. Kata perempuan Samaria itu kepadanya, Masakan Engkau seorang Yahudi meminta minum kepada seorang Samaria, sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Tapi jawaban Yesus bukan memperkeruh suasana antara orang Yahudi dan Samaria yang telah menjadi konflik.
Tetapi menanamkam dan memperkenalkan Injil Yesus seperti di ungkap ayat 10-14. Dalam percakapan itu membuat perempuan Samaria matanya terbuka dan melihat Tuhan. Tuhan Yesus mau membuka pikiran perempuan Samaria, supaya ada pernyataan.
Yesus tidak ingin terjebak pada adat istiadat tapi menciptakan dialog supaya Injil mendarat dan mampu menembus batas-batas perbedaan. Dan akhirnya perempuan itu menyebut nama Tuhan tiga kali.
Saudara-saudara marilah kita lihat juga kisah perempuan bernama Rahab. Perempuan ini memiliki strategi menyelamatkan pengintai pada proses penyelamatan, ada dialog yang tercipta antara Rahab dan pengintai. Rahab meminta agar mereka menyelamatkan keluarga dan tidak memusnahkan. Dialog menjadi nyata ketika orang Israel datang menyerang kota Yerikho dimana keluarga Rahab selamat.
Dari gambaran ini hendak mengatakan bahwa bagi Yesus keselamatan bukan hanya orang Yahudi tetapi milik semua orang. Ciptakan dialog dan percakapan dengan harapan membuka kesedaran banyak orang kehadiran cinta Allah pada semua orang tujuannya supaya selamat. Mengubah karakter manusia, dan menciptakan damai sejahtra.
Inilah tugas kita sebagai gereja yang telah dimenangkan oleh Tuhan melalui persitiwa kebangkitan, selamat berkarya dan menjadi berkat supaya diberkati. Amin.(*)
Baca selengkapnya di Tribun Manado edisi cetak hari ini, Minggu (2/11/2014).
Update terus informasi terbaru di www.tribunmanado.co.id