Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penjahit Keliling Manado 'Panen' saat Natal dan Ajaran Baru Sekolah

Demi menafkahi keluarga, Herman (43) memilih jadi penjahit pakaian.

Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO/FIONALOIS
Mesin jahit keliling milik Herman warga Manado. 

Demi menafkahi keluarga, Herman (43) memilih jadi penjahit pakaian. Cara menawarkan jasa pun tak seperti kebanyakan penjahit konvensional.

TERINSPIRASI dari tukang jahit keliling di Jakarta,  pria ini mendapatkan ide untuk menjadi tukang jahit keliling. "Di sana banyak tukang jahit keliling," kata Herman kepada Tribun Manado, Senin (6/10).

Sebelum menjadi penjahit keliling, pria asal Padang, Sumatera Barat ini bekerja sebagai tukang jahit di Toko Tailor yang menerima pesanan baju untuk dijahit, dekat kawasan Pasar 45, Manado. Karena ingin mandiri, ia pun mulai merintis usahanya sebagai tukang jahit keliling. "Kalau usaha sendiri tidak mendapat tekanan dari atasan. Kerja bisa lebih bebas. Waktu saya yang tentukan," kata lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini.

Dari penghasilannya bekerja di toko jahit, ia pun sedikit demi sedikit menabung untuk modal membeli peralatan yang dibutuhkan. Modal yang dikeluarkan sekitar Rp 2 juta. Dari uang itu, ia membeli sepeda bekas yang kemudian dimodifikasi di bengkel untuk tempat mesin jahit yang bisa dicabut dan dipasang kembali.

Herman pun mulai menjalani profesinya tersebut sejak tahun 2010. Pada awal penghasilannya lumayan banyak. Karena baru Herman yang pertama kali menjadi penjahit keliling di kawasan sekitar Wonasa. Namun seiring waktu mulai ada beberapa tukang jahit yang juga sering keliling di kawasan sekitar Wonasa.

Hal ini berpengaruh pada penghasilannya. Kini penghasilannya tidak sebanyak dulu. "Paling tinggi itu Rp100 ribu sehari. Tapi pernah sehari tidak dapat pelanggan. Penghasilan tidak tentu. Biasannya untuk biaya permak baju harganya Rp 20 ribu untuk satu baju," katanya.

Namun penghasilannya sekarang masih bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena sang istri juga bekerja sebagai tukang setrika di kawasan Pasar 45. Dari uang penghasilan mereka, kebutuhan makan selama sebulan dan biaya kos dapat dipenuhi. "Penghasilan pas-pasan cukup untuk biaya makan. Sayangnya tidak cukup untuk menabung," kata suami dari Fitri Suleiman ini.

Dari pukul 13.00 hingga 17.30 Wita, Herman biasanya keliling daerah Wonasa. Namun sesekali dia mangkal di daerah Kombos Barat. Beruntung karena sudah empat tahun bekerja sebagai tukang jahit keliling, ia masih mempunyai beberapa pelanggan setianya. "Sudah ada pelanggan yang tahu alamat rumah saya. Beberapa dari mereka mengantarkan baju mereka ke rumah," ujar pria yang tinggal di Kampung Ternate ini.

Rezekinya juga meningkat ketika menjelang Hari Raya Natal dan menjelang tahun ajaran baru. "Kalau anak-anak sudah pada masuk sekolah, banyak yang pasang lambang di seragam," tambahnya.

Sayangnya, karena kendaraan jahit keliling yang dia miliki hanyalah sepeda sehingga wilayah tempat dia menawarkan jasa jahit hanya di sekitaran daerah Wonasa. "Kalau pakai sepeda capek," ujarnya.

Ia berharap agar bisa mendapatkan rezeki untuk membeli motor sehingga dia dapat mengelilingi seluruh daerah yang ada di Manado. "Mudah-mudahan dapat rezeki sehingga bisa beli motor," harapnya. (fionalois watania)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved