Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sains

Makam Inggris Berkisah tentang Perang Napoleon di Jawa

Sementara itu, Inggris berusaha melanjutkan peperangannya terhadap Perancis. Perang Inggris-Perancis boleh dikatakan sebaga

Editor:
| Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia
Nisan Letnan Kolonel William Campbell di Gereja Anglikan, Jakarta Pusat. Campbell merupakan serdadu Inggris yang turut bertempur dalam Perang Napoleon di Meester Cornelis. Dia terluka pada pertempuran 26 Agustus 1811, lalu tewas dua hari kemudian 

TRIBUNMANADO.CO.ID— Sebelum Lord Minto bertugas sebagai Gubernur Jenderal pada 1807 di India, sejatinya dia telah berencana untuk mengurangi kendali Perancis atas pulau Mauritius, Bourbon, dan Jawa.

Pada 1810, Belanda takluk atas Perancis sehingga seluruh daerah kekuasaannya dicaplok Perancis, termasuk Jawa. Napoleon Bonaparte menunjuk seorang Belanda bernama Jenderal Jan Willem Janssens sebagai Gubernur Jenderal di Jawa yang menggantikan Herman Willem Daendels.

Sementara itu, Inggris berusaha melanjutkan peperangannya terhadap Perancis. Perang Inggris-Perancis boleh dikatakan sebagai perseteruan bebuyutan sejak awal milenium kedua silam. Panggung Perang Napoleon di Eropa pun menjalar hingga ke Jawa.

Apa yang dibayangkan Minto terlaksana. Sebuah ekspedisi militer Inggris bergerak melintasi Samudra Hindia menuju Jawa pada pertengahan 1811. Ekspedisi tersebut dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Samuel Auchmuty, seorang Amerika yang pernah membantu Inggris dalam Perang Kemerdekaan Amerika.

Hampir 12.000 tentara dan 100 kapal, termasuk 4 kapal perang, 14 kapal pengawal, 7 kapal penjaga, dan 8 kapal penjelajah East Indian Company berada dalam konvoi laut militer Inggris tersebut. Kelak sejarah mencatatnya sebagai ekspedisi militer terbesar sebelum Perang Dunia Kedua!

Mereka membuang sauh di Teluk Batavia pada pukul dua siang di hari Minggu, 4 Agustus 1811. Kemudian para serdadu Inggris berjejak di Cilincing, daerah rawa di pesisir Batavia. Tiga hari kemudian mereka berhasil menyeberangi Sungai Ancol, dan bergerak dalam senyap menuju Kota Batavia.    

Pengepungan dan penyerangan Balaikota Batavia dilakukan pada pukul sebelas malam. Serdadu Inggris tidak mengalami kesulitan memasuki kota ini lantaran tembok yang mengelilingi kota ini telah dirobohkan oleh Daendels pada 1808-1810. Pusat kota yang tadinya dalam pelukan Perancis pun jatuh dengan mudah dalam cengkeraman Inggris.

Sebelum azan subuh berkumandang pada 10 Agustus 1811, serdadu Inggris telah bergerak menyusuri pinggiran kanal Molenvliet—kini Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada—menuju sebuah kawasan barak-barak militer di Weltevreden—kini seputar Lapangan Banteng. "Bangunan rumah sepanjang jalanan yang kami lalui umumnya mewah," demikian kenang Mayor Brigade William Thorn dalam bukunya, Memoir of the Conquest of Java yang terbit pada 1815.

Pertempuran Weltevreden yang bergolak saat terbitnya matahari itu berlangsung sekitar dua jam. Thorn yang kala itu turut terluka di bagian kepalanya mencatat bahwa jumlah serdadu Inggris yang terluka, tewas, dan hilang sebanyak 99 orang, plus tiga kuda tewas.

Ekspansi militer Lord Minto berlanjut menyisir Kwitang, Kramat, dan Salemba menuju Meester Cornelis, sebuah kamp militer serdadu Napoleon dengan pertahanan benteng di pinggir Ciliwung. Kini, benteng itu telah lenyap. Lokasinya di sekitar Pasar Jatinegara.

Pertempuran kadang berhenti dalam sehari, yang digunakan untuk korespondensi perundingan dengan Gubernur Jenderal Janssens seputar pertukaran tawanan perang pada pertempuran 10 Agustus di Weltevreden.

Meskipun dalam kekalutan perang, pasukan Perancis tidak melupakan pemimpin tertinggi mereka. Thorn mencatat, "Pada 15 Agustus, hari ulang tahun Bonaparte dirayakan dengan dentuman meriam dari sejumlah pos pertahanan mereka, yang sebelumnya ditarik keluar dan diinspeksi oleh Jenderal Janssens."

Thorn juga mendeskripsikan pertempuran itu dengan dramatis. "Sejumlah peluru dan roket ditembakkan. Kemudian ledakan hebat disusul abu kuning kehijauan, asap, dan berbagai pecahan berhamburan di depan kami bagai gunung api, yang membuat tuli sekeliling, baik kami maupun musuh." Dia lalu menambahkan, "Bencana ini dibarengi dengan keheningan yang mengerikan untuk beberapa saat." 

Tampaknya serdadu Inggris harus menghadapi pertempuran sengit dengan musuh bebuyutannya di Cornelis. Setidaknya mereka harus mati-matian merebut benteng itu selama 17 hari! Bagi pihak Inggris, pertempuran selama itu telah mengakibatkan korban luka, tewas, dan hilang sebanyak 736 serdadu Eropa dan 153 serdadu India.

Pertempuran demi pertempuran terus berlanjut yang berakhir dengan menyerahnya Janssen di Tuntang, dekat Kota Salatiga, pada 16 September 1811. Bendera Inggris pun berkibar di benteng-benteng seantero Jawa.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved