BBM
Bukan Kendaraan, Justru Jeriken yang Antre di SPBU Boltim
Warga ada yang membawa 1 hingga 3 jeriken tergantung kemampuan.
Penulis: Aldi Ponge | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLTIM - Ada pemandangan menarik di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang terletak di Desa Tutuyan Kecamatan Bolaang Mongondow Timur
(Boltim)
Pasalnya dari pantauan Tribun Manado hampir setiap hari puluhan jeriken ukuran 25 hingga 35 liter berjejer rapi saat stok bensin masuk ke SPBU satu-satunya di Boltim ini. Bahkan beberapa warga mengaku mengantre sejak pagi sebelum SPBU dibuka. "Kendaaraan yang hanya mengisi tanki sebelah sini saja agar cepat," ujar wanita pegawai SPBU berpakaian warna hitam, pada selasa (30/10/2012)
Warga ada yang membawa 1 hingga 3 jeriken tergantung kemampuan. Menariknya justru kendaaraan yang mengatre premium hanya sesekali datang.
Sulaiman Idris warga desa Paret adalah salah satu warga yang tergiur dengan usaha menjual bensin eceran. Selain harganya yang melambung tinggi tak ada larangan dari pihak pemerintah atau aparat terkait atas aktivitas mereka kendati melawan hukum.
"Hampir semua daerah di Boltim datang menampung disinia. Kalau kita jual eceran untungnya Rp 1500 kalau yang jauh dijual hingga Rp 8 ribu," jelas Sulaiman.
Uniknya sulaiman mengakui akibat ulah mereka Bahan Bakar Minyak di SPBU tersebut tak bertahan hingga sehari. Sehingga jatah yang hanya berkisar Rp 16 kiloliter inoi habis sebelum jam menunjukkan pukul 3 sore setiap harinya. "Harganya sama namun setiap jeriken bayar Rp 10 ribu," jelasnya.
Pelaksana Tugas Kabag Perekonomian Pemkab Boltim,Mat Sunardi mengatakan pihaknya sering menyurat melalu dinas energi dan sumber daya mineral maupun dinas perdagangan namun masyarakat sulit dikendalikan sehingga berdampak selalu mengalami kekosongan stok bahan bakar minyak.
Hal ini membuat pihak SPBU sepertinya dilematis dengan masyarakat karena berbagai alasan antara Boltim sering mati lampu dan untuk nelayan sehingga membiarkan hal tersebut.
"Intinya akan jalan baik kalau smua pihak saling mengerti dan menyadari hal ini, khususnya masyarakat tidak membeli over atau berniat menampung melainkan sesuai kebutuhan ril sehingga semua dapat terlayani," pinta Mat.

