Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kongres GMKI

Marzuki Curhat Susahnya Jadi Ketua DPR

Pembukaan Kongres GMKI XXXIII di Auditorium Unsrat Senin (8/10) sore, jadi ajang curhat Ketua DPR RI Marzuki Ali.

Penulis: Ryo_Noor | Editor: Andrew_Pattymahu
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pembukaan Kongres GMKI XXXIII di Auditorium Unsrat Senin (8/10) sore, jadi ajang curhat Ketua DPR RI Marzuki Ali.

Marzuki menyampaikan sulitnya jadi Ketua DPR RI dan sering kena sorotnya lembaga DPR, mengakibatkan persepsi publik DPR jauh dari ideal, padahal Marzuki Ali punya mimpi kedepannya lembaga DPR dipercaya rakyat.

Meski sebagai ketua, namun jabatan itu tak punya kekuatan terstruktur mengatur anggota. Anggota tak bertanggungjawab kepada Ketua melainkan bertanggung jawab pada fraksinya, sementara fraksi merupakan kepanjangan tangan partai.

Mengurusi anggota DPR kata Marzuki sulitnya bukan main, 
Persoalannya sebelum reformasi diketahui bersama DPR katanya stempel pemerintah, begitu reformasi kekuasaan bergeser ke DPR. "Tetapi apakah DPR siap menjalankan kekuasaan ini. Setelah amandemen konsitutsi," ujarnya.

Marzuki bercerita dulu sewaktu awal-awal menjabat ketua DPR RI ia mencoba membentuk karater anggota DPR lewat jasa lembaga training ESQ, tapi maunya gratis, karena takutnya dituding Ketua DPR baru menjabat sudah buat proyek-proyek.

"Awalnya sih saya coba bagaimana caranya bisa. Kalau kristen semua panggil pendeta, islam semua undang ulama. Tetapi, ada banyak agama, dan ada agamanya KTP. Jalan keluar, merubah mentalitas selama dua hari lewat Lembaga ESQ," ujar Marzuki

Lanjut dia, giliran diusulkan diforum ia malah jadi bulan-bulanan kritik anggota DPR.

"Dikritik kenapa ketua DPR mengurusi yang begituan, bahkan ada yang tanya apa sih itu ESQ, pokonya berbagai resistensi," ungkapnya.

Akhir kata pelatihan karakter pun jadi dilaksanakan. Di hari pertama kata Marzuki 560 total anggota DPR hanya 150 yang ikut. Belum selesai sudah banyak yang pulan. Di hari kedua bahkan lebih parah lagi,  menyusut sampai 30 orang.

Selain itu Marzuki mengungkapkan, DPR pun tak punya struktur kuat, beda dengan Pemerintah punya struktur jelas. Ia mencontohkan kasus kecil dalam rapat budget. Pemerintah bergelimpangan ahli, sedangkan DPR tak punya

Saat pembahasan menyangkut masalah makro ekonomi kebanyakan diusulkan pemerintah akhirnya diterima.

"Kalau ada, kita punya kekuatan besar untuk berhadapan dengan pemerintah tapi kita tidak punya sistem yang kuat," ujarnya.

Sehingga, kata Marzuki ada rencana DPR memperkuat sistem, dan struktur yang kuat, namun kerap banyak batu sandungan. Ia mencontohkan pembangunan gedung baru DPR RI.  Marzuki mengatakan, gedung yang lama tak mampu lagi menampung pegawai. Padahal, satu cara memperkuat struktur dengan perekrutan tenaga ahli

"Di Amerika satu anggota DPR itu punya 15 asisten. Kita disini berapa? Kalau setiap anggota dapat dua saja, Gedung DPR yang sekarang penuh. Makanya kita butuh gedung baru," ujarnya.

DPR akhirnya menunda membangun gedung baru karena kuatnya sorotan publik. (ryo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved