Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pertambangan

William : Pariwisata dan Kehidupan Pulau Bangka Terancam Punah

Saat ini saja sudah terasa tidak ada lagi kebersamaan karena sudah terjadi pro dan kontra.

Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Susanty Otodu

TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Penolakan warga Pulau Bangka terhadap kegiatan eksplorasi perusahaan biji besi yang dikelola PT Micro Metal Perdana (PT MMP) bukan tanpa alasan. Selain ingin kehidupan yang nyaman, warga juga sangat menyayangkan ekosistem kekayaan pariwisata di Pulau Bangka terancam punah.

William Hadinaung (64) warga Pulau Bangka mengatakan Pulau Bangka memiliki potensi wisata yang luar biasa. Kekayaan kepariwisataan telah dikenal hingga mancanegara. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang untuk berekreasi menikmati pemandangan laut Pulau Bangka. Dan keberadaan PT MMP hanya akan membuat wisata laut di Pulau Bangka musnah.

"Banyak lokasi wisata disini yang izinnya sudah dari tahun 2000, lihat saja Pulau Lihaga sekarang lagi naik daun, belum lagi lokasi wisata lainnya. Pengelola pariwisata saja ada enam disini," jelas William pada Tribun Manado belum lama ini.

William menuturkan sebelum PT MMP masuk di Pulau Bangka warga sangat menikmati kehidupan yang tentram. Tak pernah merasakan kelaparan, anak-anak tetap sekolah bahkan hingga sarjana, dan kebersamaan sangat terjalin. Kini warga dibayang-bayangi dengan berbagai pikiran seperti keberadaan warga di desa yang dicintainya akan punah, anak-anak cucu tak pasti masa depannya, dan penyakit merajelela.

"Saat ini saja sudah terasa tidak ada lagi kebersamaan karena sudah terjadi pro dan kontra. Kami tak butuh kehidupan yang kaya raya, mewah karena tanah kami ada emasnya. Kami hanya ingin perjuangkan nasib anak cucu kedepan dengan tetap bertahan tinggal disini, jangan sampai kehidupan mereka tak jelas nantinya" tutur William.

Selain pariwisata yang begitu indah, disekitar Pulau Bangka merupakan banyak menghasilkan ikan-ikan segar yang menjadi mata pencaharian nelayan Likupang dan sekitarnya. Beribu-ribu ton ikan dengan berbagai jenis setiap harinya yang diperoleh nelayan. Jika nantinya PT MMP beroperasi maka dipastikan akan berpengaruh pada pendapatan nelayan.

"Seandainya warga Pulau Bangka setuju dengan adanya PT MMP, maka kami warga Likupang yang tidak akan setuju. Karena di pinggiran Pulau Bangka tempat pencarian ikan oleh para nelayan. Perlu diketahui Likupang itu daerah penghasil ikan terbesar di Sulut," ungkap Sarjan selaku Hukumtua Likupang Dua.

Pro dan kontra akan keberadaan PT MMP hingga kini masih bergulir. Menanggapi hal itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Rita mengatakan kekuatiran yang saat ini menjadi pemberitaan hanyalah dari pihak-pihak segelintir orang yang tidak bertanggungjawab.

Keberadaan pertambangan nantinya malah akan diarahkan sebagai objek pariwisata. Dan hal tersebut pasti akan berpotensi karena dipastikan akan ada banyak orang yang datang.

"Mana ada pemerintah membuat program yang merugikan masyarakat, pasti yang menguntungkan. Masa masyarakat akan dibohongi. Sebagai imbauan masyarakat tidak usah kuatir. Biarlah keduanya sama-sama jalan. Pariwisata tetap jalan, pertambangan juga jalan," jelas Rita.

Adanya demonstrasi penolakan yang dilakukan warga Pulau Bangka dengan menghadiahi kotoran Sapi, bagi Rita adalah suatu kejahatan. Tetapi sejauh ini pemerintah tidak pernah membalas. Pemerintah pastinya menginginkan semuanya tetap seiring sejalan tanpa ada niat untuk merugikan siapapun.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved