Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Peristiwa Kebakaran

Margaretha Kembali Ceria

Margaretha Antahari warga Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan Dua duduk diteras depan rumahnya yang terbakar

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Andrew_Pattymahu
Laporan Wartawan Tribun Manado Aldi Ponge

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO
-Hari mulai senja, sosok wanita berusia 47 tahun bernama Margaretha Antahari warga Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan Dua duduk diteras depan rumahnya yang terbakar, Selasa (25/9/2012) sekiat pukul 10.30 Wita.

Tawa dan canda terdengar jelas keluar dari mulut Margaretha yang menjadi korban kebakaran tersebut. Wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai pegawai di Puskesmas kecamatan Singkil ini, duduk di kursi plastik sambil menatap rumahnya dengan ditemani warga dan kedua anak gadisnya. "Tertawa saja mau apa lagi (sudah terjadi)," ujar Margaretha, Rabu (26/9/2012) sore.

Tak ada aliran listrik lagi yang masuk ke rumahnya, karen  diputuskan sementara. Saat gelap mulai menyelimuti bumi seorang kerabatnya pun menyalakan dua buah lampu petromaks untuk menerangi rumah yang hanya meninggalkan sepetak ruangan untuk ditinggali mereka bertiga. "Hanya tidur beralaskan tripkles tadi malam," ungkap Margaretha.

Wanita yang sempat terpuruk dengan peristiwa yang sempat menguncangkan hidupnya dan anak- anaknya ini kini terlihat ceria dan  tertawa seolah ingin menyatakan keyakinan dan kepasrahannya kepada Yang Kuasa atas semua yang terjadi dalam hidupnya. "Sudah banyak bantuan saya sudah tidak tahu. Dinas sosial juga memberikan seragam sekolah, tikar, pakaian, handuk dan masih ada juga," jelasnya.

Dikenangnya peristiwa kebakaran tersebut sebagai anugerah yang kuasa walaupun terasa pahit untuk dikenang dan sulit untuk diterima secara manusia. Namun Kini dia menyatakan bangkit dari keterperukun demi dirinya dan kedua anaknya dicintainya yang masih duduk dibangku studi.

Dikatakannya, ketegarannya dalam menghadapi hidup ini telah terpupuk sejak lama, ditambah kepergian suaminya yang meninggal 9 tahun silam membuatnya siap untuk mendidik dan membesarkan kedua anak gadisnya. "Semalam ibadah gelap sekali disini tidak ada lampu dari Malalayang dan dari kolom. Kalau tadi ada dari sekolah dan dan dari (Unika) De La Salle," kata  Margaretha.

Tak ada wajah kecawa atau terpuruk di wajahnya, bahkan nama Tuhan sering keluar dalam pembicaraannya. Sesekali dia menceritakan sang suami yang telah pergi meninggalkan mereka.
Walaupun semuanya telah terjadi namun dirinya masih penasaran dengan penyebab kebakaran yang terjadi saat itu. Diceritakannya, dirinya sangat teliti dalam pekerjaannya termasuk dalam hal mengunci pintu maupun mematikan api maupun aliran listrik sebelum keluar rumah.

 "Sering sudah di kantor kalau merasa belum memadamkan aliran listrik saya langsung pulang. Saya ingat kemarin (Selasa) tidak ada. Saya baca di koran karena kompor sedangkan kompor yang terbakar tidak pernah saya gunakan," ungkap  Margaretha.


 Hal lain yang masih membuatnya penasaran yaitu uangnya berjumlah Rp 100 juta yang disimpan dalam lemari televisi tidak terbakar padahal lemari dan tas tempat menyimpan uang telah hangus terbakar namun uangnya selembar pun tidak terbakar. Dirinya mengaku semuanya ini kemurahan Tuhan. "Uang itu rencana akan digunakan untuk membangun rumah kos namun tertunda," jelas  Margaretha.

Pantauan Tribun Manado, puing-puing rumah milik keluarga Kelurahan Ramin-Antahari yang terbakar kini telah dibersihkan. Terlihat hanyalah dinding beton dan arang kayu rumah yang masih menempel di rumah tersebut. Margaretha dengan dibantu warga usai kejadian hingga Rabu sore terus membersihkan rumahnya yang terbakar. (ald)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved