Budaya
Hari Bakuku (Teriak) di Kalait Raya
Uniknya, perayaan HUT desa ini dirangkaikan dengan upacara adat yang memegang teguh sejarah sejak desa pertama kali terbentuk.
Desa Kalait Raya merayakan HUT ke 88, rabu (18/7) sekaligus meresmikan tiga bangunan. Ketiga bangunan di Kecamatan Toulaan Selatan tersebut adalah Kantor Cabang Dinas, Balai Pertemuan Umum dan Kantor Camat.
Uniknya, perayaan HUT desa ini dirangkaikan dengan upacara adat yang memegang teguh sejarah sejak desa pertama kali terbentuk.
Kegiatan ini diawali dengan ritual yang dijalankan seminggu silam oleh para tonaas wangko yang merupakan keturunan dari para pembentuk desa.
Puncaknya adalah siang tadi, para tonaas wangko dari keempat desa yaitu Desa Kalait, Desa Kalait Satu, Desa Kalait Dua dan Desa Kalait Tiga melakukan upacara bendera dan ziarah ke makam pembentuk desa Abedneju Umboh dan istrinya di kompleks pekuburan.
"Khusus hari ini boleh bakuku (berteriak) sepanjang hari," ujar Hukum Tua Kalait Dua Awon Johnson yang pada tahun ini juga ditunjuk sebagai tonaas wangko kalait raya.
Ribuan warga turun ke jalan untuk menyaksikan prosesi adat tersebut. Mereka berebut menyaksikan tarian Maengket dan prosesi lainnya.
Kalait berasal dari Kala dan id yang artinya biar kalah tapi tetap ingin hidup damai. Awalnya adalah Abedneju Umboh yang kalah pada pemilihan hukum tua akhirnya meninggalkan desa dan memilih lokasi desa baru.
Kalaid dipilih setelah sebelumnya memilih beberapa lokasi seperti modoinding namun tanahnya tak cocok ditanami oleh segala jenis tanaman.
"Seperti Bangsa Israel yang lewat Sungai Yordan, kami melewati sungai Ranoyapo dan kami juga memiliki tongkat seperti Musa dan lihatlah saat ini tanah kalait sangat subur dan tanpa pupuk bisa ditanami berbagai jenis tanaman," ujar Maxi Tulang selaku Ketua Panitia.
Adapun hasil pertanian di Kalait adalah Kopra, Cengkih, gula aren, kacang dan hasil lainnya.