BBM
BBM Melonjak, Banyak Pajeko Dijual
Para nelayan di Kecamatan Likupang Timur sudah beberapa bulan belakangan ini, tak lagi melaut.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Andrew_Pattymahu
Laporan Wartawan Tribun Manado Ryo Noor
TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI -
Para nelayan di Kecamatan Likupang
Timur sudah beberapa bulan belakangan ini, tak lagi melaut. Penyebabnya
bukan karena cuaca, melainkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang
tiba-tiba meroket dan sulit diperoleh.
Hal itu akibat imbas dari keputusan pemerintah mencabut subsidi minyak
tanah yang notabene menjadi bahan bakar mesin motor tempel perahu
melaut.
Djafar Tatupo, pemilik pajeko di Desa Likupang dua mengatakan, akibat
kondisi itu, sudah enam bulan pajeko dan perahunya hanya diparkir. Ia
dan anak buah kapalnya (ABK) enggan melaut "Sekarang kendalanya bukan
lagi cuaca, tapi BBM. Nelayan-nelayan sekarang jarang ke laut," tuturnya
kepada Tribun Manado.
Dulu kata Tatupo, ketika masih disubsidi Harga Eceran Tertinggi (HET)
mitan untuk nelayan Rp 3025, tiba-tiba subsidi dicabut harga pun
melonjak hingga Rp 12 ribu. Sekarang untuk operasional sebuah perahu
sekali melaut, lanjut Tatupo, dibutuhkan Rp 4 juta. "Dulu uang Rp 4 juta
bisa pakai, dua sampai tiga kali melaut, sekarang cuma sekali, belum
tentu juga dapat hasil," sebut Tatupo.
Sulitnya kondisi ekonomi, kata Tatupo, banyak ABK-nya alih profesi jadi
buruh, namun ada juga tetap jadi nelayan namun bekerja di kota lain "Ada
juga yang tiap hari memancing, tapi itu juga untuk makan sehari-hari.
Untuk menabung tidak ada," katanya.
Sebenarnya, ujar Tatupo, untuk motor mesin tempel, bisa menggunakan
premium, namun kenyataan di lapangan, premium pun sulit diperoleh
"Sedangkan mobil sulit, apalagi kami kapal," sebut dia.
Kondisi ini pun berdampak ke lini usaha lain. Ambil contoh, pedagang
penganggkut ikan. Pedagang yang biasanya membeli ikan dari nelayan untuk
suplai ke pabrik ikan dan dijual ke pasar pun ikut kena imbas. "Biasa
kalau ada pajeko sandar, kita beli dari pajeko. Sekarang sudah langka, "
ujar seorang pedagang yang enggan menyebut namanya.
Lanjut dia, semakin hari, profesi nelayan banyak ditinggalkan,aktivitas
pun semakin berkurang, bahkan dari 20 pajeko yang ada, di Likupang
tinggal setengahnya "Sebagian sudah di jual, biasa dari Tarnate yang
datang beli," tutur dia.
Sarjan Maramis, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Minut
mengatakan, agar ada perhatian dari pemerintah melalui instansi terkait
untuk mengatasi persoalan tersebut. Ekonomi nelayan makin sulit bila tak
ada bantuan subsidi BBM dari pemerintah "Sampai kapan bertahan seperti
ini, kalau begini terus, satu waktu nelayan akan bikin aksi," ujar
Maramis. (ryo)