Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Minyak Tanah

Demi 10 Liter Minyak Tanah Nenek 73 Tahun ini Antre Malam-malam

Usia Anna Simbala sudah 73 tahun. Namun umur tak menghalangi warga Pontoodon ini untuk melawan dingin malam.

Penulis: | Editor:
zoom-inlihat foto Demi 10 Liter Minyak Tanah Nenek 73 Tahun ini Antre Malam-malam
TRIBUNMANADO/EDI SUKASAH
Ratusan warga Pontoodan Kotamobagu mengantre minyak tanah meski malam.
Laporan Wartawan Tribun Manado Edi Sukasah

TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - Usia Anna Simbala sudah 73 tahun. Namun umur tak menghalangi warga Pontoodon ini untuk melawan dingin malam. Demi 10 liter minyak tanah dia rela mengantre di pangkalan minyak Pur Mokoginta yang terletak dekat lapangan sepakbola kelurahan itu, Selasa (13/12/2011).

"Saya dapat kabar jam 19.00 Wita, minyak tanah masuk ke pangkalan. Saya langsung datang ke sini ternyata sudah banyak yang antre," ujar Anna sambil merapatkan cardigan yang dikenakannya.

Angin malam saat itu tak terlalu kencang, namun mampu menelusup ke dalam tubuh. Anna yang saat itu duduk di atas jeriken kemudian memeluk cicitnya, Putri. "Dia baru empat tahun. Tadi maksa ingin ikut," kata Anna.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 Wita. Anna tak tahu berapa lama harus mengantre. Yang jelas, saat itu jerikan dia berada sekitar 10 meter dari tempat pengisian minyak tanah. Dan, di belakang jerikenya masih ratusan jeriken mengular hingga puluhan meter menunggu giliran untuk diisi..

"Saya takut menggunakan LPG. Takut meledak. Lebih baik rela mengantre minyak tanah," ujarnya.

Perkataan Anna ini ditimpali oleh beberapa perempuan yang sama-sama mengantre minyak tanah. Seorang perempuan, bahkan mengatakan, jika minyak tanah subsidi ditarik pun mereka akan tetap memakai minyak tanah walau harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan satu liter komoditas itu.

Mereka sangat tergantung pada minyak tanah. "Kalau untuk menanak nasi atau menjaring air, kami bisa menggunakan bahan bakar kayu. Cuma untuk masak lauk pauk, baru memakai kompor," tambah seorang perempuan.

Padahal, sudah beberapa waktu terakhir ini terjadi pengurangan pasokan minyak tanah. Pemilik pangkalan, Pur Mokoginta mengaku hanya mendapat pasokan satu kali dalam satu bulan. Biasanya, dia bisa mendapatkan tiga kali pasokan.

"Terakhir menerima pasokan pada tanggal 6 November. Ini baru masuk lagi sekarang lima ribu liter, padahal biasanya tiga kali masuk dalam sebulan," kata dia.

Di sisi lain warga Kotamobagu tampaknya masih banyak yang enggan memakai bahan bakar LPG. Tak heran usaha Pemkot Kotamobagu untuk memasyarakatkan penggunaan bahan bakar LPG pun harus lebih keras lagi.

Hal ini juga dicermati oleh Kabag Humas Pemkot Kotamobagu Agung Adati yang malam itu turut memantau penyaluran minyak di Pontoodon bersama Kabag Perekonomian Irianto Mokoginta. Menurut dia, Pemkot Kotamobagu akan terus menyosialisasikan penggunaa LPG.

"Memang harus lebih banyak sosialisasi lagi penggunaan LPG. Dan, kami memang akan berusaha agar masyarakat bisa menerima peralihan bahan bakar dari minyak tanah ke LPG," kata Agung yang malam itu masih memakai seragam PNS lengkap. (suk)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved