Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Minyak Tanah

Jatah Minyak Tanah Berkurang, Warga Pilih Antre Berjam-jam

warga pun rela antre berjam-jam hanya untuk mendapatkan sepuluh liter jatah mitan.

Penulis: | Editor:
zoom-inlihat foto Jatah Minyak Tanah Berkurang, Warga Pilih Antre Berjam-jam
TRIBUNMANADO/SUSANTO AMISAN
Antrian minyak di Maasing
Laporan Wartawan Tribun Manado Pengasihan Susanto Amisan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pengurangan jumlah kuota minyak tanah (Mitan) bersubsidi akibat kebijakan konversi minyak tanah ke bahan bakar gas, nampaknya terus membuat warga Kota Manado ikut khawatir, sehingga warga pun rela antre berjam-jam hanya untuk mendapatkan sepuluh liter jatah mitan.

Pantauan Tribun Manado, tampak puluhan warga kelurahan Maasing berebutan meletakkan jerigennya paling depan untuk mengantre jatah mitan di pangkalan yang terletak di Jl. Hasanudin Kecamatan Tuminting, Jumat (25/11/2011), sekitar pukul 10:00 Wita.

Meskipun puluhan warga telah mengantre cukup panjang bahkan ada yang suda tampak berkerumun seperti penerima BLT, pangkalan tersebut masih juga tertutup. Menurut beberapa orang warga, mereka telah antre di pangkalan itu sejak pagi sekitar pukul 07:00. "Torang so dari pagi ada ba antre ini minya (Kami dari pagi sudah antre)," kata Nurhasana.

Masing-masing warga telihat memegang kupon sebagai prasyarat dapat jatah mitan. Menurut warga mereka dapat pembagian kupon tersebut dari kepala lingkungan, karena jika tidak ada kupon maka tak akan dilayani.

Zul Yulisah, seorang warga lingkungan IV mengatakan kupon yang dibagikan kepada setiap kepala keluarga itu untuk jatah 10 liter mitan, "Setiap KK dapat 1 kupon untuk 10 liter," katanya. Ia menambahkan bahwa terkait kebijakan yang dinilainya cukup meresahkan itu, selaku warga negara ia pada dasarnya menerima saja apa yang telah pemerintah buat. "Pada prinsipnya qta pasrah saja, apa yang  pemerintah so bekeng so betul itu," ujar lelaki Zul.

Zul keberatan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, karena belakangan ini mengaku kesulitan dapat mitan terpaksa beberapa kali, ia mesti membeli dengan harga yang cukup. Di lain sisi gas yang menjadi pengganti mitan, belum berani digunakan warga karena takut meledak. "Biar mahal atau pun sulit tetap torang (kami) cari mitan," kata Zul. (tos)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved