Jelang Natal dan Tahun Baru
Jelang Natal, Cengkih di Kisaran Rp 135 Ribu per Kilogram
Petani menyambut positif harga cengkih yang satu bulan jelang Natal mampu bertahan di kisaran Rp135 ribu per kilogram(Kg)
Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO ‑ Petani menyambut positif harga cengkih yang satu bulan jelang Natal mampu bertahan di kisaran Rp135 ribu per kilogram(Kg), karena pertanda harga cengkih berpotensi tetap tinggi.
"Biasanya jelang Natal, harga cengkih melorot sangat tajam, tetapi tahun ini posisinya justru tetap stabil, ini mudah‑mudahan menjadi tanda baik bahwa tren harga komoditas unggulan masyarakat Sulut tersebut cukup baik ke depan," kata Victor K, salah satu petani cengkih di Kabupaten Minahasa, Kamis.
Victor mengakui, harga cengkih yang mencapai Rp135 ribu per kilogram merupakan harga tertinggi selama periode menjelang Natal.
"Biasanya, jelang Natal harga cengkih akan cenderung melorot, hal disebabkan pelaku usaha lebih fokus dalam perdagangan jenis lain dan mengabaikan cengkih.
Para petani di Kabupaten Minahasa berharap harga cengkih mampu berada di atas Rp100 ribu tahun depan, dengan demikian mereka dapat memperoleh pendapatan pertanian cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.
"Tahun 2012 kemungkinan besar akan terjadi panen cengkih meskipun tidak sebanyak saat panen raya tahun 2009, tetapi hasil panen tahun depan diperkirakan cukup menopang kehidupan petani," kata James, petani cengkih Minahasa lainnya.
Cengkih yang menjadi komoditas unggulan petani Sulut sempat mencapai harga tertinggi di kisaran Rp200‑210 ribu per Kilogram pada awal tahun ini, tetapi kemudian melorot ke kisaran Rp135 ribu hingga Rp140 ribu pada Oktober‑November tahun ini.
Kepala Bidang Perindustrian, Disperindag Sulut, Benny Nongkan mengatakan, cengkih masih menjadi bahan kebutuhan pokok utama perusahaan pabrik rokok di Indonesia.
"Kebutuhan pabrik rokok terhadap cengkih, terus meningkat dari tahun ke tahun, belum lagi ditambah terus tumbuh permintaan beberapa negara untuk menjadikan cengkih sebagai bahan baku produk bumbu," kata Benny.
Sulut merupakan produsen utama cengkih di Indonesia, dalam kondisi normal produksi cengkih Sulut berkisar 15 ribu ton setahun, sementara dalam kondisi panen sedang dengan produksi hanya berkisar 5 ribu hingga 7 ribu ton setahun.
Peran cengkih bagi masyarakat Sulut masih sangat dominan, bahkan di beberapa desa di Minahasa dan kabupaten/kota lainnya di provinsi ini, tanaman ini menjadi sumber pendapatan bagi keluarga.
Lebih 100 ribu rumah tangga di Sulut berharap besar pada cengkih sebagai sumber penghasilan rumah tangga, karena itu ketika harganya bergerak di atas Rp100 ribu, banyak warga yang mampu membangun rumah dan menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan tinggi. (antara)
"Biasanya jelang Natal, harga cengkih melorot sangat tajam, tetapi tahun ini posisinya justru tetap stabil, ini mudah‑mudahan menjadi tanda baik bahwa tren harga komoditas unggulan masyarakat Sulut tersebut cukup baik ke depan," kata Victor K, salah satu petani cengkih di Kabupaten Minahasa, Kamis.
Victor mengakui, harga cengkih yang mencapai Rp135 ribu per kilogram merupakan harga tertinggi selama periode menjelang Natal.
"Biasanya, jelang Natal harga cengkih akan cenderung melorot, hal disebabkan pelaku usaha lebih fokus dalam perdagangan jenis lain dan mengabaikan cengkih.
Para petani di Kabupaten Minahasa berharap harga cengkih mampu berada di atas Rp100 ribu tahun depan, dengan demikian mereka dapat memperoleh pendapatan pertanian cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.
"Tahun 2012 kemungkinan besar akan terjadi panen cengkih meskipun tidak sebanyak saat panen raya tahun 2009, tetapi hasil panen tahun depan diperkirakan cukup menopang kehidupan petani," kata James, petani cengkih Minahasa lainnya.
Cengkih yang menjadi komoditas unggulan petani Sulut sempat mencapai harga tertinggi di kisaran Rp200‑210 ribu per Kilogram pada awal tahun ini, tetapi kemudian melorot ke kisaran Rp135 ribu hingga Rp140 ribu pada Oktober‑November tahun ini.
Kepala Bidang Perindustrian, Disperindag Sulut, Benny Nongkan mengatakan, cengkih masih menjadi bahan kebutuhan pokok utama perusahaan pabrik rokok di Indonesia.
"Kebutuhan pabrik rokok terhadap cengkih, terus meningkat dari tahun ke tahun, belum lagi ditambah terus tumbuh permintaan beberapa negara untuk menjadikan cengkih sebagai bahan baku produk bumbu," kata Benny.
Sulut merupakan produsen utama cengkih di Indonesia, dalam kondisi normal produksi cengkih Sulut berkisar 15 ribu ton setahun, sementara dalam kondisi panen sedang dengan produksi hanya berkisar 5 ribu hingga 7 ribu ton setahun.
Peran cengkih bagi masyarakat Sulut masih sangat dominan, bahkan di beberapa desa di Minahasa dan kabupaten/kota lainnya di provinsi ini, tanaman ini menjadi sumber pendapatan bagi keluarga.
Lebih 100 ribu rumah tangga di Sulut berharap besar pada cengkih sebagai sumber penghasilan rumah tangga, karena itu ketika harganya bergerak di atas Rp100 ribu, banyak warga yang mampu membangun rumah dan menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan tinggi. (antara)
Berita Terkait