Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Minyak Tanah

Warga Bersitegang Antre Minyak Tanah

Panjangnya antrean warga dari berbagai usia, tak pelak menimbulkan kericuhan jika ada warga yang tidak sabar antre

Editor:

Laporan Wartawan Tribun Manado Ronaldo Lombok


TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO
- Pembatasan kuota minyak tanah bersubsidi sebesar 30 persen yang akan diikuti pencabutan subsidi pada 31 Januari  2012, menimbulkan kepanikan warga Manado dan di kabupaten lain di Sulut. Hal itu terlihat dari antrean panjang warga di pangkalan minyak tanah, Selasa (15/11/2011).

Panjangnya antrean warga dari berbagai usia, tak pelak menimbulkan kericuhan jika ada warga yang tidak sabar antre. DI pangkalan minyak tanah (mitan) milik Paulus Suwitan di  Pasar Tuminting, Kecamatan Tuminting,  Manado, seorang ibu yang memindahkan jirigennya dari belakang ke paling depan langsung mendapat umpatan warga lain yang antre lebih dahulu.

Selain itu, terlihat banyak anak-anak yang dimanfaatkan untuk ikut antre dengan jirigen ukuran 5-25 liter.  Rifka, bocah berusia 9 tahun yang ikut antre sejak pukul 07.00 Wita mengaku disuruh orangtuanya. "Mama yang suruh, supaya saya dapat minyak tanah lima liter, dengan mama juga lima liter," tuturnya polos.

Anak-anak yang dimanfaatkan warga untuk mendapat minyak lebih banyak terpaksa ditolak oleh pemilik pangkalan. "Saya sudah tahu,mereka (anak-anak) itu hanya dibayar Rp 1.000 supaya mengantre minyak tanah, kamu tahu khan kalau anak-anak dikasih uang, cepat untuk di suruh," ujar Paulus.

Paulus Suwitan mengaku terkejut melihat ramainya warga yang antre mitan."Biasanya tidak seperti ini,  sekarang sudah menumpuk banyak begini," kata Paulus.

Dikatakan, setiap warga mendapatkan 5 liter."Biasanya bisa dapat 10 liter bahkan lebih, namun karena banyak, kami berikan 5 liter per orang, supaya kebagian semuanya," ujar dia.

Paulus mengatakan, jatah minyak tanah yang didapatkan seperti biasa yaitu 5 ribu liter. "Sekarang dari agen kami dapat minyak dua minggu sekali, dari lima ribu liter sebayak 23 drum," ujarnya.

Ia menambahkan, tidak semuanya bisa diberikan kepada masyarakat."Enam drum milik Lembaga Pemasyarakatan, karena mereka sudah milik mereka," ujarnya.

Meski sudah dibatasi, tetap saja ada warga yang  tidak kebagian. Ani Abas misalnya, mengaku kecewa karena tidak mendapat mitan meski sudah berjam-jam antre. Warga lain, Ibrahim, terpaksa menutup usaha warung makan karena tidak memperoleh minyak tanah."Sudah dua minggu saya tutup, mau masak pakai apa?"ujarnya.

Dikatakan, sebenarnya dia ingin menggunakan  LPG 3 kilogram, namun masih belum berani dan dirasakan boros."Kalau LPG paling lama satu jam penggunaan, sementara kalau masak banyak jenis makanan pastinya lama," ujar dia.

Roni,  warga setempat mengaku rela antre untuk mendapat mitan ketimbang menggunakan tabung gas elpiji bersubsidi. "Biar  cuma mendapat lima liter yang penting dapat, dari pada menggunakan gas nanti meledak, lebih baik menggunakan minyak tanah" ujar Roni.
Warga lain mengeluhkan adanya warga yang antre bukan warga setempat tetapi dari wilayah lain."Minggu lalu tidak antre begini, ini sudah parah," ujar seorang warga.

Berbeda dengan sebelumnya, kemarin antrean cukup panjang hingga arus lalu lintas di jalan Pasar Tuminting macet sehingga pihak kelurahan dan personel Kepolisian Sektor Tuminting sibuk mengatur antrean warga dan arus lalu lintas.

Antrean panjang juga terlihat di pangkalan mitan Paal 2 milik Zainal Abidin. Banyaknya warga yang antre menyebabkan Zainal membatasi pembelian kepada warga. "Hal itu dilakukan agar seluruh warga di sekitarnya kebagian," ungkapnya.

Di Batusaiki,  Kelurahan Molas,  Lingkungan IV, Kecamatan Bunaken, kemarin antre mitan diakhiri kekecewaan warga. yang tak kebagian karena pPasokan mitan di sini hanya 5000 liter. "Tak masak nasi, tidak minum air ini, tak ada minyak tanah, bagaimana ini? Siapa yang mau pakai elpiji, di rumah cuma pajangan," ucap seorang ibu kesal.

Hanya dalam 3 jam, sejak dipasok pukul 15.00 Wita, mitan ludes terjual, ratusan warga berjubel di depan pangkalan minyak. Tak ada batasan pembagian, sehingga penyaluran dirasa warga tak merata, bahkan ada yang mengantre sejak pagi tak kebagian "Orang kampung  nda dapat, minyak cuma masuk satu tangki. Ini kesalahan pemerintah minyak jadi langka, lihat keadaan dulu, warga resah tak ada mitan," tutur Gayus Maniku, warga Molas lingkungan 4.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved