Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

Tradisi Perdagangan Istri Sah, Dilelang di Pasar, Harga Bervariasi & di Luar Nalar, Ini Kisahnya

Harga nominal para istri yang dijual bervariasi, bahkan ada yang dibayar setara harga minuman.

Penulis: Reporter Online | Editor: Frandi Piring
TribunMadura-Tribunnews
Ilustrasi Jual Beli Istri 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Tradisi jual beli istri sah marak terjadi di masa belum mengenal perceraian.

Melalui sebuah acara lelang para lelaki menjual istri di Pasar.

Harga nominal para istri yang dijual bervariasi, bahkan ada yang dibayar setara harga sebotol minuman beralkohol.

Mengutip dari Surya.co.id, yang melansir dari Elite Readers via Intisari dalam artikel 'Sebelum Perceraian Dikenal Dunia, di Negara Ini Suami Ternyata Menjual Istrinya Ke Pasar, Beginilah Transaksinya', tradisi jual beli istri sah pernah dilakukan masyarakat Inggris dari abad ke-18 hingga pertengahan ke-19.

Saat itu, surat kabar sering memuat cerita tentang istri sah yang dijual kepada pria lain.

Fakta menyebutkan, antara 1780 hingga 1850 ada sekitar 300 istri terjual.

Perceraian di Inggris baru dikenal pada tahun 1857, dan sebelum itu desas-desus yang beredar menyebutkan pembubaran perkawinan biayanya sangat mahal.

Satu-satunya alternatif untuk berpisah dari istri sah mereka adalah menjualnya di pasar atau melalui lelang ternak dan mendaftarkan wanita sebagai barang untuk dijual.

Jual-beli istri di Inggris.
Jual-beli istri di Inggris. (Elite Readers)

Istri yang akan dijual diikat leher, pinggang dan pergelangan tangan, kemudian mereka berdiri di sebuah balok pelelangan.

Mencambuk istri yang dijual adalah hal biasa, namun semua penjualan dilakukan atas persetujuan penuh dan antusias istri.

Praktik ini ilegal, namun banyak pihak berwenang menutup mata terhadap fenomena ini, karena itu adalah satu-satunya pilihan kebanyakan suami saat itu.

Hampir semua istri yang dijual atau dilelalang atas kemauan mereka sendiri.

Banyak kasus, penjualan atau pelelangan akan diumumkan di koran lokal, dan pembelian sudah diatur sebelumnya.

Proses penjualan atau pelelangan lebih merupakan formalitas atau simbol perpisahan, namun ada pula wanita yang minta dijual demi menghindari pernikahan yang tidak bahagia.

Salah satu kasus penjualan istri yang tercatat pertama kali adalah di Birmingham, tahun 1733.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved