Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilpres 2019

PAN Beri Signal Segera Tinggalkan Koalisi Prabowo-Sandi, Bara: Secara De Facto Sudah Selesai

Koalisi Indonesia Adil dan Makmur Prabowo-Sandi, nampaknya bersiap ditinggalkan oleh Partai Amanat Nasional

Penulis: Reporter Online | Editor: Rhendi Umar
kompas.com
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan memotong tumpeng peringatan HUT PAN dalam pembukaan Rakernas PAN di Bandung, Jawa Barat 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Koalisi Indonesia Adil dan Makmur Prabowo-Sandi, nampaknya bersiap ditinggalkan oleh Partai Amanat Nasiona (PAN).

Signal perpisahan tersebut semakin kencan didengungkan oleh partai yang didirikan Amien Rais ini.

Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Bara Hasibuan mengatakan keberadaan partainya dalam koalisi Prabowo-Sandiaga sudah selesai secara de facto.

Menurutnya, keberadaan PAN hanya terhitung hingga Pemilu Presiden (Pilpres) selesai yakni tanggal 17 April 2019 silam.

"Saya beberapa kali mengatakan, keberadaan PAN di koalisi Prabowo-Sandi cuma sampai Pilpres. Secara de facto, Pilpres selesai tanggal 17 April walaupun masih ada proses KPU dan sudah selesai, proses rekapitulasi dan proses di MK. Tapi sebenarnya secara de facto sudah selesai," ujar Bara, di Rumah Dinas Ketua MPR, Jl Widya Candra IV, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2019).

Namun memang, kata dia, untuk PAN dapat dinyatakan secara de jure lepas dari koalisi tersebut harus menunggu proses Mahkamah Konstitusi (MK).

"Namun secara de jure kita harus masih menunggu proses di MK. Setelah itu kami tinggal memutuskan langkah selanjutnya," imbuhnya.

Di sisi lain, ia meminta agar Hari Raya Idul Fitri 1440 H ini dimanfaatkan sebagai momentum saling memaafkan dan berekonsiliasi antar para pesaing di Pilpres 2019.

Baca: Playboy Meninggal Dunia, 40 Pacarnya Datang Melayat, Suasana Haru Berubah Saat Dokter Sebut HIV/AIDS

Baca: Profil Suami Baru Angelina Sondakh yang Menikah Siri di Penjara, Ini Penjelasannya

Baca: Kisah Ani Yudhoyono, Pernah Jualan Es Mambo Hingga Menangis Tengah Malam Karena SBY

Menurutnya, kunci dari rekonsiliasi adalah pihak yang kalah dalam pemilu harus dapat menerima dan menghormati hasil Pemilu.

"Tentu saja ada rasa kecewa, tidak terima, tapi itu semua harus dikesampingkan demi kepentingan bangsa, kepentingan nasional, dan kepentingan yang besar. Bangsa ini harus tetap satu setelah kompetisi yang begitu ketat," ucapnya.

Anggota Komisi VII DPR itu mencontohkan ketika Hillary Clinton kalah oleh Trump dengan sistem electoral di Amerika.

Meski Hillary malu dan sedih, namun tetap dirinya melakukan pidato untuk menerima hasil tersebut dan menelpon Trump untuk memberikan selamat.

Lebih lanjut, Bara menilai hal tersebut lah yang menjadi kunci dari sebuah rekonsiliasi politik, terutama setelah pemilihan Presiden dan kompetisi politik.

"Nah tradisi itu harus kita mulai di Indonesia. Itu adalah kunci. Pihak yang kalah harus bisa berbesar hati menerima hasil tersebut biarpun pahit, dan menghormati hasil tersebut. Ini belum kita lihat di Indonesia," tandasnya. (Tribunnews.com/Vincentius Jyestha Candraditya)

Bara Hasibuan Lawan Pernyataan Amien Rais, Tegaskan PAN Tak Ikut Gerakan People Power

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved