Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cerita Komisioner KPK Memilih Pensiun: Kayak Robot hingga Ingin Naik Ojek

Salah satu komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Thony Saut Situmorang, berbagi alasan mengapa dirinya tak lagi maju

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
DOK. KOMPAS.COM/KOMPAS/TRIBUNNEWS
Lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi terpilih. Dari kiri ke kanan: Saut Situmorang, Laode Muhamad Syarif, Alexander Marwata, Basaria Panjaitan, dan Agus Rahardjo. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Salah satu komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Thony Saut Situmorang, berbagi alasan mengapa dirinya tak lagi maju jadi pimpinan lembaga antikorupsi periode 2019-2023.

Alasan Saut sedikit berkelar, menyatakan jika ke depannya ia ingin bercocok tanam ubi jalar hingga memelihara ayam.

"Tanam ubi jalar atau pelihara (ternak) ayam, bolehlah," ucap Saut ketika ditemui, Selasa (21/5) lalu.
Selain bercocok tanam ubi jalar dan memelihara ayam, pria kelahiran 60 tahun yang lalu itu juga ingin bisa makan di warung pinggir jalan bersama kawan-kawannya.

"Ketika panitia seleksi dibentuk kan orang-orang bilang 'bang daftar lagi, daftar lagi', 'kapan gua bisa makan di warung pinggir jalan sama elu kalau gua daftar terus?', 'bukan gua maksudnya enggak mau terus, tapi kan udahlah'," cerita Saut.

Baca: Suap Jual Beli Jabatan di Kemenag, Jaksa KPK Sebut Menteri Lukman Terima Rp 70 Juta

Mantan staf ahli Badan Intelijen Negara (BIN) itu juga menyebut bahwa dulu ia rajin ikut organisasi kemahasiswaan saat berkuliah di Universitas Persada Indonesia YAI. Setelah masuk KPK, katanya, kegiatan semacam itu sudah tak bisa lagi ia lakukan.

"Coba saja sekarang kita kemana-mana dibatasi, kamu kan tahu saya dulu kegiatan di kemahasiswaan ikut Menwa, ikut pecinta alam, ikut paduan suara, itu kan udah enggak dijalanin," ceritanya.

"4 tahun itu kayak robot, karena nanti dijalanin bisa conflict of interest, orang bisa mikir macam-macam, jadi kita membatasi pergaulan, karena ada etika yang dijaga di KPK. Kalau gitu  susah dong menjaga etika? Tidak susah, itu gampang, tapi gantian dong," tutur Saut.

Saut juga menilai masih banyak kandidat lainnya yang juga kompeten untuk memimpin komisi antirasuah itu. Sehingga ia memandang, regenerasi pimpinan penting untuk dilakukan.

"Dan saya percaya regenerasi itu pasti akan lebih baik. Sekarang saja bisa kita lihat, pemerintahan akan lebih dari sebelumnya dan seterusnya. Pemimpin juga gitu, karena ada learning organization," ujarnya.

"Saya juga enggak mau zona nyaman, saya juga belum tentu yang paling baik di Republik ini, ya kan? Bisa jadi," imbuh Saut.

Pimpinan KPK jilid IV yang digawangi Agus Rahardjo akan mengakhiri masa baktinya pada Desember 2019. Dengan begitu, komisioner KPK lainnya seperti Saut Situmorang, Basaria Panjaitan, Laode Muhammad Syarif dan Alexander Marwata bakal meninggalkan gedung lembaga antikorupsi. Kecuali satu di antara mereka ada yang mencalonkan diri atau terpilih kembali.

Baca: KPK Terus Dalami Korupsi Mantan Ketua PPP: Begini Pengakuan Menag

Pasalnya, Presiden Joko Widodo telah meneken pembentukan panitia seleksi (pansel) calon pimpinan (capim) KPK periode 2019-2023.

Penetapan pansel capim KPK tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54/P Tahun 2019 Tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Masa Jabatan Tahun 2019-2023 yang ditandatangani oleh Presiden Jokowi pada Jumat, 17 Mei 2019.

Ramadan Terakhir di KPK

Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meneken pembentukan panitia seleksi (pansel) calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2023. Itu artinya masa jabatan pimpinan KPK jilid IV yang dikomandoi Agus Rahardjo bakal segera berakhir. Sekadar informasi, masa jabatan Agus Rahardjo cs berakhir Desember 2019 mendatang.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved