Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Aksi 22 Mei Tekan Kurs Rupiah: Begini Kata Menko Darmin

Kericuhan 22 Mei menekan kurs rupiah hingga memasuki level psikologis Rp 14.500 per dolar AS.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
kontan.co.id
Mata uang rupiah dan dollar AS 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – Kurs rupiah melemah memasuki level psikologis Rp 14.500 per dolar AS, menyusul memanasnya situasi ibu kota Jakarta usai KPU mengumumkan hasil Pemilu 2019.

Tekanan terhadap kurs rupiah terjadi menyusul unjuk rasa di depan Kantor Bawaslu. 

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (22/5/2019) pukul 10.23 WIB, rupiah terkoreksi 0,22 persen di level Rp 14.512 per dolar.

Sejak pembukaan, pasar rupiah sudah melemah di level Rp 14.488 per dolar, sementara kemarin mata uang Garuda ditutup melemah seharga Rp 14.480 per dolar.

Analis Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan, situasi politik yang terjadi di dalam negeri membawa ketidakpastian, sehingga pasar merespon negatif.

“Kerusuhan sejak tadi malam, buat rupiah terkoreksi,” kata Faisyal kepada Kontan, Rabu (22/5/2019). Faisyal memprediksi sampai dengan penutupan pasar hari ini mata uang Garuda bakal lanjut merosot karena situasi politik masih ada kemungkinan bisa tambah rusuh.

Baca: Jokowi Effect Selamatkan IHSG: Begini Kondisi Rupiah

Sementara, sentimen eksternal pun masih menghantui rupiah. Faisyal mengatakan efek The Fed yang masih mempertahankan suku bunga di level 2,25 persen-2,5 persen, ditambah harga minyak yang makin melambung akan menjadi batu lemparan dari luar negeri. Adapun ia meramal pergerakan sampai dengan tutup pasar di rentang Rp 14.580-Rp 14.625 per dolar.

Rusuh 22 Mei juga berpotensi membuat investor kabur. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini, setelah kondisi mereda, investor akan kembali.

"Begini nih dia panik dan langsung pergi. Ya yang begitu-begitu ada kejadian Anda akan lihat, sekarang Anda keluar. Kalau situasinya 'ooh cuma segitu', besoknya balik lagi dia," tutur Darmin, Rabu kemarin.

Selain itu, Darmin juga menyinggung perang dagang Amerika Serikat (AS)-Cina juga menjadi penyebab investor 'was-was'.

"Sebenarnya situasi lagi perang dagang ada sentimen apa pun. Sebab market itu isinya orang dan namanya orang ada yang penakut banget dan begitu ada yang gonjang ganjing. Woaah, pergi, jadi selalu ada yang itu. Istilahnya dalam market temper tantrum," katanya.

Menurut Darmin, usai kisruh 22 Mei ini, ketika suasana di masyarakat sudah kondusif dan pemenang pilpres sudah diumumkan, maka investor akan kembali.

Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif siang ini. Sementara aksi 22 Mei di depan Bawaslu yang masih berlangsung, IHSG merespons negatif dengan turun 19,24 poin (0,32 persen) ke 5.932,130.

Baca: Rusuh Aksi 22 Mei, Masyrakat Jangan Terpengaruh

Hal tersebut menunjukkan investasi terus melemah. Investor memilih untuk menjual sahamnya, terkait dengan kondisi yang belum stabil di Indonesia.

Sarinah Rugi Hampir Rp 1 Miliar

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved