Durasi Puasa di Seluruh Dunia Bisa Sama di Dua Bulan Ini
Durasi puasa yang sama panjang di seluruh dunia akan terjadi pada saat Matahari menempati titik ekuinoks di atas garis khatulistiwa.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Durasi puasa berkaitan dengan kedudukan Matahari seiring gerak semu tahunannya.
Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan, hal tersebutlah yang menyebabkan durasi puasa sedunia bisa berbeda-beda.
Ada yang 20 jam 45 menit seperti di Rusia dan ada yang 13-14 jam seperti kita di Indonesia.
Namun, bukan berarti durasi puasa di dunia tidak akan pernah sama.
Dalam pesan yang diterima Kompas.com, Rabu (8/5/2019), Marufin berkata durasi puasa yang sama panjang di seluruh dunia akan terjadi pada saat Matahari menempati titik ekuinoks di atas garis khatulistiwa.
“Jadi terjadi di sekitar 21 Maret dan 23 September," kata dia.
Alhasil, hanya pada bulan Ramadan yang bertepatan dengan bulan Maret dan September saja durasi puasa seluruh dunia akan sama panjangnya dalam batas-batas tertentu.
Sementara itu, durasi puasa yang paling panjang terjadi di puncak musim panas.
Hal tersebut saat Matahari menempati titik summer solstice (21 Juni) untuk belahan Bumi utara.
Atau juga saat Matahari berada di titik winter solstice (22 Desember) bagi belahan Bumi selatan.
“Dengan kata lain bulan Ramadan yang bertepatan dengan bulan Juni bagi belahan Bumi utara dan bulan Desember di belahan Bumi selatan akan memiliki durasi puasa terpanjang,” tulis Marufin.
Jika Anda masih ingat, pada 2017 lalu Kompas.com pernah melaporkan mengenai sebuah keluarga dari Bangladesh yang tinggal di Finlandia dan harus berpuasa selama 23 jam 5 menit karena matahari di negara tersebut hanya terbenam selama 55 menit.
Marufin berkata bahwa bulan Ramadan 1438 H di tahun 2017 memang bertepatan dengan bulan Juni 2017.
Pada saat itu, Matahari menempati titik summer solstice yang ada di atas garis lintang 23,5 LU, terjadi pada setiap 21 Juni.
“Pada tanggal itu pula puncak musim panas secara astronomis terjadi, sehingga durasi puasa terpanjang akan dialami Finlandia karena negara ini memiliki garis lintang utara yang paling besar yang masih memungkinkan adanya waktu fajar dan maghrib,” ujar Marufin.