Ini Masukan Prof Perry Rumengan Untuk Pariwisata di Sulut
Prof Perry Rumengan,Profesor dlm Bidang Analisa Musik UNIMA, Musikolog-Etnomusicolog, konsultan pengembangan materi wisata pada sejumlah kepala daerah
Penulis: | Editor: Chintya Rantung
Ini Masukan Prof Perry Rumengan Untuk Pariwisata di Sulut
Laporan Wartawan Tribun Manado David Manewus
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO- Prof Perry Rumengan, Profesor dlm Bidang Analisa Musik UNIMA, Musikolog-Etnomusicolog, konsultan pengembangan materi wisata pada sejumlah kepala daerah.
Peneliti seni tradisi dan beberapa keahlian lain memberikan masukan bahwa satu kota pariwisata memang sangat memerlukan strategi khusus untuk pengembangannya tapi yang terpenting bahwa masyarakatnya sudah harus menjadi masyarakat wisata mulai dari mental dan perilakunya.
Terkadang turist katanya tidak datang lihat event tapi mereka ingin lihat kehidupan keseharian.
"Juga setiap kota atau kabupaten harus benar-benar profesional di bidang wisata unggulan atau spesifikasinya," katanya.
Baca: Shaheer Sheikh Kalah Cepat, Pria Turki Ini Berani Cium dan Unggah Foto Ayu Ting Ting di Instagram
Ia mengungkapkan beberapa masalah pariwisata di Sulut. Pertama, belum punya kesadaran wisata.
"Di Tomohon misalnya seenaknya hanya HUT keluarga saja sudah tutup jalan raya sehingga mobil-mobil wisata yang besar terpaksa berputar-putar cari jalan. Saya sering lihat sopir-sopir wisata menggerutu," katanya.
Ia mengatakan Tomohon juga disebut kota bunga tapi ia mempertanyaka mengapa petani bunga selalu harus menunggu bibit dari Jawa dan konsekuensi biaya pengiriman juga membengkak.
"Apa fungsi dinas Pertaniannya? Tidak bisakah Tomohon ada pusat pembibitan bunga?," tanyanya.
Ia mengatakan deskripsi-deskripsi materi budaya seni banyak yang masih disusun berdasar selera sehingga secara filosofi sering antara seni satu dengan seni lain tidak memiliki koneksitas filosofi kendati Art is a symbol of Society.
"Banyak simbol-simbol seni Sulut tanpa makna. Sesukanya dan tiba saat tiba akal," ujarnya.
Soal jiwa wisata, Sulut katanya harus belajar dari Yogya dan Bali.
"Contoh kalau kita lihat di Yogya dan Bali hanya TPS Pemilu saja mereka berusaha untuk buat sedemikian rupa sehingga turis baik domestik maupun manca negara menarik untuk melihatnya. Beda dengan di tempat kita sedangkan tempat wisata saja hanya sekadarnya saja yang penting so jadi," ujarnya.
Ia mengatakan ada sejumlah event wisata di Sulut hanya menggelar pesta saja dengan mengeluarkan uang yang besar dan menyuguhkan materi acara yang hebat tapi keberlangsungan dan roh wisatanya tidak dapat.