Korban Tewas Ledakan Bom Jadi 290 Orang: 25 Jenazah Warga Asing Belum Teridentifikasi
Jumlah korban meninggal dunia maupun luka akibat serentetan delapan ledakan bom hotel mewah dan gereja di Sri Lanka, Minggu (21/4) bertambah.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Jumlah korban meninggal dunia maupun luka akibat serentetan delapan ledakan bom hotel mewah dan gereja di Sri Lanka, Minggu (21/4) bertambah. Laporan kepolisian Sri Lanka menyebut jumlah korban tewas yang ditemukan sehari setelah insiden mencapai jumlah setidaknya 290 orang, sebanyak 25 orang di antaranya dipastikan warga negara asing, namun belum teridentifikasi. Sejauh ini, tidak ada WNI jadi korban.
"Selain itu masih ada sembilan warga negara asing yang dilaporkan hilang, sementara ada 25 jenazah tak teridentifikasi yang diyakini adalah warga asing," kata Menteri Luar Negeri Harin Fernando.
Sementara, juru bicara kepolisian mengatakan hingga Senin (22/4) pagi, jumlah korban luka dilaporkan mencapai 500 orang. Pernyataan pemerintah Sri Lanka menyebut warga negara asing berada di antara korban tewas, tiga orang dari India, tiga warga Inggris, dua asal Turki dan seorang warga Portugis. Pemerintah Jepang mengklaim ada satu warganya yang menjadi korban tewas dalam teror bom di Sri Lanka.
Diberitakan sebelumnya, delapan ledakan terjadi diduga menargetkan jemaah gereja yang sedang merayakan Hari Raya Paskah, dan tamu hotel yang terkenal di kalangan internasional.
Seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (22/4), serangan bom itu mengenai sedikitnya tiga gereja yang sedang menggelar kebaktian Paskah pada Minggu (21/4) waktu setempat --waktu Jakarta lebih cepat 1 jam dibandingkan Colombo, ibu kota Sri Lanka-- kemudian empat hotel mewah dan sebuah rumah yang ada di Colombo.
Ledakan bom yang terjadi dalam kurun waktu saling berdekatan itu melanda Gereja St Anthony's Shrine di Colombo, Gereja St Sebastian di Negombo -- sebelah utara Colombo, dan Gereja Zion di Batticaloa, kemudian Hotel Shangri-La, Hotel Kingsbury, Hotel Cinnamon Grand dan Hotel Tropical Inn. Beberapa ledakan itu diyakini polisi setempat melibatkan aksi bom bunuh diri.
Enam ledakan terjadi secara berurutan dan hampir bersamaan, sementara dua ledakan lainnya terjadi beberapa jam setelahnya. Dua ledakan melibatkan pengbom bunuh diri, termasuk satu orang pelaku yang sempat mengantre sarapan sebelum meledakkan diri dan menimbulkan kekacauan di hotel Grand Cinnamon.
Ledakan kedelapan terjadi di sebuah rumah di Colombo yang digerebek polisi beberapa jam setelah serentetan ledakan bom terjadi. Dilaporkan sedikitnya tiga polisi tewas dalam ledakan yang diyakini dipicu oleh bom bunuh diri tersebut.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab terhadap serangan teror. Namun laporan AFP menyebut pihak berwenang telah menahan sebanyak 24 orang. Tim penyelidik juga sedang mencari tahu kemungkinan adanya jaringan luar negeri dalam aksi teror ini.
Juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekera mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (22/4), lebih dari 500 orang luka-luka akibat rangkaian ledakan bom yang terjadi di waktu nyaris bersamaan pada Minggu (21/4) waktu setempat itu.
Gunasekera menambahkan, kepolisian sejauh ini telah menangkap 24 orang terkait ledakan-ledakan bom tersebut. Delapan serangan bom yang mengguncang Sri Lanka, Minggu (21/4) waktu setempat, tercatat sebagai yang paling mematikan di negara tersebut dalam satu dekade terakhir sejak berakhirnya perang sipil yang menewaskan 100 ribu orang.
Sejauh ini belum ada kelompok maupun pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan-ledakan bom ini. Para penyidik akan memeriksa apakah ada keterkaitan 'jaringan luar negeri' pada mereka yang ditangkap.
Sumber rumah sakit mengatakan warga negara Inggris, Belanda dan Amerika Serikat termasuk di antara yang tewas. Selain itu, warga Inggris dan Jepang dilaporkan terluka dalam serangan itu.
Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan yang terjadi di Kolombo, Sri Lanka.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, saat terjadi ledakan bom Srilanka, seorang WNI berinisial KW sedang berada di Hotel Shangri La.