Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Topik Hoaks & Literasi Digital, 'Vaksin Berantas Virus'

Oleh: Edy Parajai SH, Mahasiswa Kenotariatan Universitas Hasanuddin. Berikut Penjelasannya!

Editor: Frandi Piring
Facebook/EdyParajai
Edy Parajai (kiri) Mahasiswa UNHAS 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Istilah ‘hoaks’ sangat popular akhir-akhir ini, penggunaan istilah ini tidak hanya di kalangan akademisi di ruang-ruang pendidikan, melainkan bahkan merambah ke ruang-ruang publik seperti warung kopi oleh kaum bapak-bapak maupun di pasar oleh kaum emak-emak.

Istilah ‘hoaks’ ini makin eksis tatkala suhu politik semakin memanas, ketika para kontestan politik yang mengikuti Pemilu 2019 saling menyerang dengan isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan disebarkan secara masif di media social.

Media komunikasi massa khususnya media online memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan pola pikir masyarakat, oleh sebab itu sangat penting memerhatikan kebenaran atau fakta dari berita yang disebar melalui media onlie.

Baca: (PUNAH) Tagar #GoodbyeBBM Viral di Medsos, Tutup Akhir Mei 2019, Begini Alasan BlackBerry Messenger

Dewasa ini, penyebaran berita tidak hanya dilakukan oleh pihak atau lembaga yang memang bergerak dibidang pemberitaan, melainkan dapat pula dilakukan oleh individu-individu melalui akun-akun social medianya.

Hoaks merupakan ketidakbenaran berita yang tersebar di masyarakat, baik melalui social media maupun secara langsung (lisan).

Yang perlu menjadi perhatian saat ini, sebagian besar masyarakat belum dapat membedakan antara berita fakta dan hoaks yang pada dasarnya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Beredarnya berita hoaks dapat menggiring opini masyarakat dan dapat menyebabkan keresahan pula dan buntutnya berupa konflik berkepajangan.

Menurut Silverman, berita palsu dibuat untuk menarik harapan dan ketakutan masyarakat yang tak terbatas kenyataan.

Padahal seharusnya kenyataan memberi batas berita mana yang dapat disebarluaskan dan yang tidak.

Hoaks ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pandangan masyarakat terhadap benar tidaknya suatu informasi.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1940-an mengungkapkan bahwa “semakin disebar suatu rumor, maka akan semakin masuk akal”.

Hal ini berarti, semakin banyak hoaks yang tersebar, maka berita tersebut semakin dianggap sebagai kebenaran oleh masyarakat.

Penelitian menyebutkan bahwa rumor lahir dari kecurigaan kemudian terbiasa diketahui, lalu mengubah pemikiran dan opini public.

Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang baru-baru dilakukan oleh Liza Fazio dan timnya dari Venderbilt University di Tennessee bahwa mahasiswa lebih memercayai suatu pernyataan apabila diulang-ulang, meskipun mereka tahu bahwa pernyataan tersebut salah.

Meski demikian, pengetahuan utama seseorang masih menjadi pertimbangan utama dalam penentuan benar atau salahnya suatu pernyataan. Akan tetapi, tren berita bohong yang ditampilkan atau dibaca berulang-ulang tetap memengaruhi opini atau pandangan seseorang terhadap berita yang dibacanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved