Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sains

Si Cantik Hypatia, Perempuan Pertama yang Dibunuh Karena Lakukan Penelitian Ilmiah

Di zaman sekarang ini siapa saja berhak dan bebas mempelajari Ilmu Pengetahuan, menjadi ilmuan atau melakukan penelitian.

Editor: Rizali Posumah
realmofhistory.com
Hypatia Of Alexandria 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Di zaman sekarang ini siapa saja berhak dan bebas mempelajari ilmu pengetahuan, menjadi ilmuan atau melakukan penelitian. 

Tapi dulu, hal seperti ini sangat tabu bagi perempuan. Perempuan yang gemar mempelajari sains dulunya akan difitnah sebagai tukang sihir, peramal, atau mereka yang mempraktekkan ilmu hitam. 

Tak jarang, penyiksaan dengan cara sadis bakal dialami perempuan yang berani menjadi ilmuan atau melakukan penelitian. 

Ini pula yang berlaku pada Hypatia. Ia merupakan perempuan pertama dalam sejarah yang dibunuh karena melakukan penelitian Ilmiah. 

Hypatia disebut-sebut oleh beberapa kalangan akademisi sebagai seorang martir ilmu pengetahuan. Para aktivis feminis ada juga yang menyebutnya sebagai salah seorang feminis pertama.

Mengutip kalimat Fernando Baez dalam bukunya Penghancuran Buku dari Masa ke Masa, mempelajari Hypatia adalah mempelajari masa-masa kehancuarn Alexandria alias Iskandariyah, Mesir.

Hypatia dilahirkan tahun 355 di Alexandria atau Iskandariyah, satu kota di Mesir yang pada zamannya terkenal sangat maju dalam bidang budaya, ilmu pengetahuan, politik, dan ekonomi. 

Hypatia adalah putri tercantik Theon, seorang pustakawan Alexandria. Tak heran kepintaran ayahnya menurun juga ke Hypatia. Theon sendiri dikanal sebagai sarjana yang masyhur, dia menghasilkan risalah mengenai geometri dan musik.

Meski begitu, Hypatia ternyata lebih unggul dari ayahnya dalam segala hal. Ia memiliki pengetahuan lengkap, mulai dari ilmu astronomi, matematika, filfasat, Sastra dan lain-lain.

Beberapa karya yang berhasil ditelurkan Hypatia adalah Tanggapan atas Aritmatika Diofantus, Tanggapan atas Konik Apollonius, juga sebuah edisi dari buku ketiga naskah yang ditulis ayahnya untuk menjelaskan Almagest Ptolemeus.

Sayang sekali, hanya sedikit dari tulisan-tulisan tersebut yang masih ada; karya-karya Hypatia habis dimusnahkan oleh orang-orang yang iri dengan kecermelangannya.

Hypatia juga seorang pengajar yang penuh pengabdian. Ia membuka kelas-kelas untuk satu kelompok murid pemula; ajaran Neoplatonisme—cara pikir Hypatia sangat dipengaruhi oleh Plato dan Plotinus—yang dianutnya membangkitkan kembali pelajaran geometri.

Dari beberapa literatur disebutkan, banyak orang memohon-mohon untuk bisa hadir di kelas-kelas yang diselenggarakan oleh Hypatia.

Terang saja ini membuat iri banyak pihak, tak terkecuali para biarawan-biarawan fanatik.

Ketika musim panas 415, segerombolan massa yang terdiri dari para biarawan fanatik, dipimpin seseorang bernama Petrus murid Sirilius, uskup Alexandria yang disegani, menangkap Hypatia saat memberi kuliah.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved