Cerita Prabowo Sarankan Soeharto Mundur: Sudah Saatnya Orangtua Kita Istirahat
Calon Presiden No Urut 02 Prabowo Subianto menceritakan pergolakan batinnya menjelang kejatuhan Presiden Ke-2 RI Soeharto.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Calon Presiden No Urut 02 Prabowo Subianto menceritakan pergolakan batinnya menjelang kejatuhan Presiden Ke-2 RI Soeharto.
Detik-detik Soeharto lengser keprabon disampaikan Prabowo Subianto di hadapan akademisi dan pimpinan perguruan tinggi di Jakarta Selatan Jumat (5/4/2019) tadi malam.
Prabowo Subianto dihadapkan pada dua pilihan; membela keluarga atau membela Negara.
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa dirinya pernah menyarankan Soeharto mundur dari jabatan presiden pada era reformasi 1998-1999.
Saat itu memang tengah terjadi gejolak dan demonstrasi mahasiswa di mana-mana untuk mendesak Presiden Soeharto mundur karena dianggap sudah tak mampu lagi memimpin setelah 32 tahun berkuasa.
"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri," ujar Prabowo saat berpidato di acara silaturahim Gerakan Elaborasi Rektor, Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia, di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat (5/4/2019) malam.
"Bukan karena saya tidak loyal pada Pak Harto, justru karena saya loyal pada Pak Soeharto, justru karena saya cinta sama Pak Harto," ucapnya.
Awalnya Prabowo menuturkan bahwa saat ini Indonesia tengah mengalami persoalan, yakni mengalirnya kekayaan nasional ke luar negeri yang terjadi selama puluhan tahun sejak zaman Presiden Soeharto.
Artinya kekayaan sumber daya alam bangsa Indonesia tidak dapat dinikmati oleh masyarakatnya sendiri secara merata.
Hal itu, menurut Prabowo, terjadi karena para elite gagal dalam mengelola negara, termasuk dirinya yang juga menjadi bagian dari elite.
"Kita harus akui bahwa ini kegagalan kita semua. saya ikut karena saya bagian daripada suatu rezim yang berkuasa. Saya dulu jenderal. Saya elite tentara," kata Prabowo.
Ketika itu Prabowo dihadapkan pada dua pilihan, membela keluarga atau setia pada bangsa dan negara.
Akhirnya Prabowo memilih untuk mengoreksi kepemimpinan Presiden Soeharto yang merupakan mertuanya sendiri.
Bahkan Prabowo mengaku saat itu dan bersama sejumlah kawannya, mendukung gerakan reformasi.
"Saya berusaha mengoreksi rezim itu dari dalam. Bersama kawan-kawan, kami berusaha dan kami melancarkan dan kami mendukung gerakan reformasi waktu itu. Walaupun pemimpin rezim yang berkuasa saat itu adalah mertua saya sendiri," ucapnya.