31 Tahun Meninggal Dunia, Jasad Tokoh NU Masih Tetap Utuh, Peziarah Banjiri Makamnya
Makam KH Muhammad Anwar S, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Blitar, kini ramai didatangi peziarah.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Makam KH Muhammad Anwar S, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Blitar, yang baru saja dipindah dari tempat pemakaman umum (TPU) ke pemakaman keluarga di Desa Tambakan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, kini ramai didatangi peziarah.
Foto dan video proses pemindahan jasad Mbah Yai Anwar, panggilan populer KH Muhammad Anwar S di lingkungannya, sempat viral di media sosial.
Foto dan video yang diunggah di media sosial menunjukkan jasad Mbah Yai Anwar yang meninggal 31 tahun silam masih utuh. Bahkan kain mori yang membungkus jasadnya juga belum rusak.
"Setiap hari selalu ada satu dua orang datang berziarah. Rata-rata orang baru. Saya juga tidak tahu dari mana, soalnya tidak ada buku tamu. Siapa saja yang mau ziarah langsung saya persilakan," kata M Munib (60), anak kelima Mbah Yai Anwar, ditemui di rumah peninggalan orangtuanya, Minggu (24/3/2019).
Pemindahan makam sesepuh NU Blitar dari TPU ke makam keluarga itu atas keinginanan anak-anaknya.
Baca: Tiga Bandar Narkoba Diringkus Polisi, Setelah Simpan Ekstasi Dalam Makanan Ringan
Keturunan Mbah Anwar semakin berniat memindahkan makam Abahnya ke pekarangan keluarga setelah istri Mbah Anwar, Nyai Siti Alfijah meninggal. Sebelum meninggal, Nyai Siti Alfijah berwasiat agar dimakamkan di pekarangan keluarga.
"Sejak itu, keluarga semakin mantap untuk memindahkan makam Abah ke makam keluarga. Bersebelahan dengan makam ibu, biar gampang ngurusnya," kata Gus Munib, panggilan akrab M Munib.

Selain itu, kata Gus Munib, keluarga juga mendapat dorongan dari para santri Mbah Yai Anwar agar memindahkan makam kiai ke makam keluarga. Alasannya, agar para santri lebih mudah dan nyaman ketika berziarah ke makam Mbah Yai Anwar. Selama ini, banyak santri yang berziarah ke makam Mbah Yai Anwar.
"Ya sudah, akhirnya kami pindah ke makam keluarga. Posisinya di sebelah barat Masjid Baitul Rouf. Masjid itu juga peninggalan Abah. Para santri yang berziarah biar lebih nyaman, mereka bisa salat dan istirahat di masjid usai ziarah," ujar pensiunan guru agama di SDN Tambakan 2 itu.
Keluarga menyepakati proses pemindahan makam Mbah Yai Anwar dilakukan pada Kamis (14/3/2019) pekan lalu. Semua persiapan sudah matang. Bahkan, keluarga juga sudah menyiapkan peti jenazah dan kain mori baru. Peti jenazah itu buat jaga-jaga kalau kasad Mbah Yai Anwar sudah hancur.
Baca: Ramyadjie Priambodo Kerabat Jauh Prabowo, Diduga Tak Sendiri Lakukan Pembobolan ATM
Proses pembongkaran makam juga disaksikan perangkat desa dan polisi. Dua ulama Blitar KH Masy'ud Jamburi dan KH Jaelani ikut menyaksikan langsung proses pembongkaran makam Mbah Yai Anwar. Gus Munib juga ikut melihat proses pembongkaran makam.
Para Banser dan warga yang melakukan pembongkaran makam Mbah Yai Anwar. Sudah menjadi kuasa Allah, ketika jasad Mbah Yai Anwar diangkat dari liang lahat kondisinya masih utuh. Kain mori yang membungkus jasad Mbah Yai Anwar juga belum rusak.
"Akhirnya peti jenazahnya tidak jadi dipakai. Hanya kain mori baru dipakai untuk alas jasad Abah yang masih terbungkus kain mori lama," katanya.
Mbah Yai Anwar merupakan sesepuh NU Blitar. Dia pernah menjabat Rais Syuriah PCNU Blitar. Dia juga pernah menjadi anggota DPRD Blitar dari PPP pada zaman orde baru (Orba). Mbah Yai Anwar juga menjadi mursyid tarekat Al Mu'tabaroh Annahdliyah.
Semasa hidupnya, Mbah Yai Anwar juga dikenal sebagai sosok kiai yang kharismatik dan sederhana. Mbah Yai Anwar sering mengisi pengajian keliling dari kampung ke kampung. "Abah dulu ketua KUA Gandusari, lalu jadi ketua Pengadilan Agama di Trenggalek. Terakhir ketua Pengadilan Agama di Malang. Tahun kapan saya tidak ingat," ujarnya.
Baca: Nangis Saat Nyanyi Lagu Pergilah Kasih, Ini Pesan Pakar Ekspresi Untuk Gading Marten