Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilpres 2019, Pemilih Tak Terkoneksi dengan Medsos Lebih Potensial Dibanding yang Terkoneksi

CEO Cyrus Network Hasan Nasbi mengungkapkan, ceruk pemilih yang tak terkoneksi dengan media sosial lebih potensial dibanding yang terkoneksi

Editor: Rhendi Umar
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Pasangan calon presiden nomor urut 1, Joko Widodo beserta pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berjabat tangan setelah debat pilpres pertama di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). Tema debat pilpres pertama yaitu mengangkat isu Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Chief Executive Officer (CEO) Cyrus Network Hasan Nasbi mengungkapkan, ceruk pemilih yang tak terkoneksi dengan media sosial lebih potensial dibanding yang terkoneksi.

Hal itu disampaikan Hasan dalam diskusi bertajuk 'Pertarungan Darat dan Media Sosial Capres-Cawapres 2019' di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (28/2) sore.

"Survei Cyrus Network memperlihatkan hanya 39,2 persen pemilih yang terkoneksi dengan minimal salah satu media sosial. Sisanya, 60,8 persen belum bersentuhan, tidak terkoneksi," kata Hasan.

Dari 39,2 persen responden, 33,4 persen memiliki aplikas Whatsapp, 32,4 persen memiliki Facebook, 14,1 persen punya Instagram, 6 persen memasang Line di gawainya dan 3,7 persen memiliki Twitter.

Baca: Bangga Prabowo-Sandi, Emak Kasus Ujaran Kebencian Akui Anaknya Ngotot Ikut PEPES

Baca: Pesan WhatsApp Ratna Sarumpaet ke Rocky Gerung: Not For Public

Namun demikian, Hasan melihat populasi pemilih yang terkoneksi media sosial tidak berkembang dan cenderung jenuh. Ia mencontohkan, dari 32,4 persen responden yang memiliki Facebook, hanya 12,8 persen yang mengaku aktif menyebarkan pesan poIitik di media sosial tersebut.

"Begitu juga di Whatsapp, misalnya, hanya 8,8 persen responden yang mengaku aktif menyebarkan pesan-pesan politik di aplikasi chatting tersebut. Sisanya sudah berhenti atau tidak peduli sama sekali," kata dia.

Temuan yang sama juga terjadi pada pemilih yang punya akun Instagram, Twitter, dan Line.

"lni menunjukkan bahwa keriuhan politik di media sosial sudah tidak berkembang lagi. Tidak lagi menambah audience atau menambah suara. Hanya sekadar mempertahankan isu," katanya.

Apalagi, kata Hasan, data temuan survei juga menunjukkan bahwa saat ini pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno cenderung menyeleksi pertemanan di media sosial. Perputaran pesan pun hanya beredar di sesama kelompok pendukung saja.

"Lalu di mana ceruk yang belum optimal? Yang masyarakat yang tidak terkoneksi dengan riuh rendah kampanye politik di telapak tangan (gawai), jumlahnya 60 persen," ujarnya.

Hasan mengatakan, mereka tidak dalam kondisi tegang dan tersegregasi, karena tidak banyak terpapar ujaran kebencian dan hoaks.

"Segmen ini yang paling belum tersentuh kampanye darat. Baru sekitar 11,9 persen responden yang merasa ada kegiatan timses capres Jokowi-Amin di daerah mereka. Dan baru sekitar 6,5 persen responden yang merasa ada kegiatan timses Prabowo-Sandi di daerah mereka," kata dia.

Di sisi lain, baru 9,8 persen responden pemilih Jokowi-Ma'ruf yang mengaku didatangi timses secara langsung. Sementara baru 5,9 persen responden pemilih Prabowo-Sandiaga yang mengaku sudah didatangi timses.

"Jadi, masih menyisakan begitu banyak ruang-ruang kosong yang bisa dioptimalkan. Padahal efektivitas kunjungan dan kegiatan darat ini tampak sangat tinggi," kata dia.

Baca: Jika jadi Presiden, Prabowo akan Kurangi Jalan-jalan ke Luar Negeri dengan Anggaran Negara

Survei ini dilakukan pada 18-23 Januari 2019. Responden survei sebanyak 1.230 orang yang berasal dari 123 desa/kelurahan di 34 provinsi se-Indonesia.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved