Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ikan Oarfish Kembali Muncul, Tanda Gempa Bumi dan Tsunami? Penjelasan Ilmiahnya!

Ikan itu ditemukan dalam kondisi mati, kemudian dibawa ke Akuarium Uozu terdekat untuk dipelajari.

Editor: Alexander Pattyranie
SCMP VIA KOMPAS.COM
Oarfish yang tertangkap jaring nelayan di prefektur Toyama, Jepang belum lama ini. Ikan tersebut biasanya hidup di laut dalam sehingga kemunculannya memicu kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya bencana alam. 

Ikan Oarfish Kembali Muncul, Tanda Gempa Bumi dan Tsunami? Penjelasan Ilmiahnya!

TRIBUNMANADO.CO.ID - Oarfish atau ikan yang dipercaya sebagai penanda bencana ditemukan di jaring nelayan Jepang, begini penjelasan ilmiah kemunculannya.

Warganet Jepang dibuat gelisah oleh penemuan sejumlah ikan laut yang dipercaya masyarakat tradisional sebagai pertanda bencana alam, antara lain gempa bumi dan tsunami.

Pada hari Senin (28/01/2019) lalu, seekor Oarfish berukuran hampir empat meter (dari moncong ke ekor) ditemukan terbelit jaring ikan di lepas pantai Imizu, di prefektur pantai utara Toyama.

Ikan itu ditemukan dalam kondisi mati, kemudian dibawa ke Akuarium Uozu terdekat untuk dipelajari.

Dua ikan bertubuh pipih mirip ular itu ditemukan di Teluk Toyama, 9 hari sebelum kabar tersebar di media sosial.

Rekor 4 Oarfish ditemukan di Teluk Toyama pada 2015, tetapi tahun ini rekor itu telah terpecahkan.

Ciri spesies ikan Oarfish adalah bertubuh perak panjang dan siripnya merah.

Ikan ini biasanya menghuni perairan dalam dan ikan jarang terlihat dari permukaan.

Menurut tradisi dan legenda yang dipercaya masyarakat Jepang, ketika ikan oar naik ke perairan dangkal artinya bencana sudah dekat.

Bahkan nama tradisional Jepang spesies ikan itu adalah "ryugu no tukai".

Ryugu no Tukai jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya "utusan dari istana raja naga".

Itulah sebabnya ikan ini dikaitkan dengan isyarat bencana alam di masa lalu.

Sementara menurut ilmu pengetahuan, ikan oar naik ke permukaan karena merasakan gempa akan datang.

Hal ini terkait dengan teori-teori ilmiah bahwa ikan yang hidup di bawah mungkin sangat rentan terhadap pergerakan garis patahan seismik.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved