PDIP Juara Pemilu 2019 di Survei Terbaru LSI, Pengamat Politik Ferry Liando Ungkap 4 Alasan Ini
PDIP Juara Pemilu 2019 di Survei Terbaru LSI, Pengamat Politk Ferry Liando Ungkap 4 Alasan Ini
Penulis: Ryo_Noor | Editor: David_Kusuma
PDIP Juara Pemilu 2019 di Survei Terbaru LSI, Pengamat Politk Ferry Liando Ungkap 4 Alasan Ini
TRIBUNMANADO.CO. ID, MANADO - Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menempatkan PDIP sebagai juara pemilu 2019.
Ferry Liando, Pengamat Politik Sulut menilai PDIP terus leading di survei nasional karena beberapa fakfor
"Mengapa PDIP leading ? Pertama, PDIP mengusung kader sendiri sebagai capres pada pemilu 2019. Ada pengaruh coattail efect. Parpol yang hanya mengekor mendukung capres dari kader parpol lain tertinggal jauh dari perhatian pemilih," ungkap akademisi Universitas Sam Ratulangi ini.
Kedua, harus diakui bahwa kelembagaan parpol yang paling kuat dan paling bagus adalah PDIP.
"Parpol-parpol yang lain masih sibuk dengan konflik internal. Energi mereka terkuras hanya mengurus siapa mendapat apa. Saling merampas jabatan dan lain-lain. Konflik itulah yang melemahkan kelembagaan sehingga tak terkonsolidasi dengan baik," ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik ini.
Baca: Survei LSI: PDIP Juara Pemilu, Inilah Enam Partai Tak Lolos ke DPR
Baca: 4 Fakta Rian, Pria yang Sewa Vanessa Angel dengan Tarif Rp 80 Juta, Masih Lajang
Ketiga, PDIP adalah salah satu parpol yang mengoleksi kadernya sebagai kepala daerah.
"Kepala daerah memiliki pengaruh yang kuat dalam memobilisasi pemilih," ungkap pria bergelar doktor ini.
Keempat, Presiden jokowi adalah kader PDIP, sehingga banyak kebijakan pemerintah sangat menguntungkan PDIP.
Dr Ferry, menilai jika hasil survei ini benar akan terjadi maka data ini akan menjelaskan 4 hal.
Pertama, hanya satu parpol yang memenuhi syarat mencalonkan Presiden pada tahun 2024.
Kedua, kemungkinan parpol-parpol yang saling menghujat hari ini akan berangkulan berkoalisi pada pemilu 2024.
"Jadi stop saling menghujat sekarang, " ujar dia.
Ketiga, ada salah satu pasangan calon yang jika menang tidak akan mencapai dukungan 50 % + 1 jumlah kursi di DPR, sehingga harus membujuk parpol yang bukan anggota koalisi untuk bergabung di pemerintahan.
"Jadi berbeda sikap politik hari ini, ke depan bisa bergandengan tangan. Jadi buat apa masing-masing parpol saling mematikan saat ini," kata peneliti bidang pemilu ini.
Terakhir, dua parpol peraih suara terbesar adalah parpol yang mengusung kader sendiri sebagai capres (PDIP dan Gerindra).
"Parpol yang hanya menempel (position seeker) sepertinya akan ditinggal pemilih. Jadi stop mendirikan parpol kalau hanya sekedar menempel ke parpol besar untuk mendapatkan posisi bagi pendirinya," ungkap dia. (ryo)