Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

UPDATE Terkini Korban Tsunami Banten & Lampung, 281 Tewas, 1.016 Orang Luka-luka, & 11.687 Mengungsi

UPDATE Terkini Korban Tsunami Banten & Lampung, 281 Tewas, 1.016 Orang Luka-luka, & 11.687 Mengungsi.

Editor: Siti Nurjanah
TRIBUN LAMPUNG/PERDIANSYAH
Proses evakuasi puing-puing bangunan yang runtuh di Desa Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Minggu (23/12/2018). Desa yang berada di pesisir Teluk Lampung ini merupakan salah satu titik terparah pasca tsunami yang melanda wilayah Lampung Selatan, pada Sabtu (22/12/2018) malam. Tsunami yang sama juga menghantam pesisir provinsi Banten dan mengakibatkan ratusan orang meninggal. 

TRIBUNMANADO.CO.IDUPDATE Terkini Korban Tsunami Banten & Lampung, 281 Tewas, 1.016 Orang Luka-luka, & 11.687 Mengungsi.

Korban tsunami Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12/2018) terus bertambah.

Hingga Senin (24/12/2018) pukul 07:00 tercatat 281 orang tewas.

Sebanyak 1.016 orang didapati luka-luka.

Informasi ini dibagikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho lewat akun Twitternya.

Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan kalau kerusakan fisik terjadi pada 611 rumah, 69 hotel-vila, 60 warung-toko, dan 420 perahu.

Baca: Tsunami Banten & Lampung Telan Ratusan Korban Jiwa, Berikut Saran Sutopo Purwo Nugroho ke Depan!

Baca: Dua Anak Aa Jimmy yang Jadi Korban Tsunami Banten Belum Ditemukan

Kemungkinan korban ini terus bertambah lantaran evakuasi yang terus berjalan.

Sebeleumnya pada hari Minggu (23/12/2018) Sutopo menjelaskan kalau korban jiwa berjumlah 222 orang 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Dikutip dari Kompas.com sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan sekitar Selat Sunda itu merupakan tsunami.

 Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono memaparkan ada dua kemungkinan pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda.

 Kedua peristiwa itu adalah, aktivitas erupsi anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.

Baca: Gitaris Band Legendaris Queen Kirim Doa untuk Band Seventeen

 Rahmat memaparkan, jika dipicu erupsi anak Gunung Krakatau, gelombang tsunami sekitar 90 sentimeter. Namun, dengan adanya gelombang tinggi akibat faktor cuaca, arus gelombang tsunami bisa bertambah lebih dari dua meter.

 "Karena digabung, menimbulkan tinggi tsunami yang signifikan dan menimbulkan korban dan kerusakan yang luar biasa," kata Rahmat dalam konferensi pers di gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/11/2018). 

 "Kalau hanya tsunami saja hanya 90 sentimeter hampir dipastikan tidak masuk ke daratan. Tapi karena juga sebelumnya BMKG telah mengeluarkan warning gelombang tinggi, menambah tinggi tsunami," lanjut Rahmat.

(TribunStyle.com / Intan)

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved